Mohon tunggu...
Agi Julianto Martuah Purba
Agi Julianto Martuah Purba Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Saya senang mengamati, membaca, merasakan dan menyatukan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kegagalan, Malu, Mental, dan Kita

2 Juni 2019   14:34 Diperbarui: 2 Juni 2019   15:27 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :dokumen pribadi

Didunia ini tidak ada seorangpun yang menginginkan kesedihan hadir dalam hidupnya. Jika bisa, semua orang mengharapkan kebahagiaan yang mengisi relung-relung hari mereka. Sama halnya dengan kegagalan, tidak ada seorangpun yang mengingininya hadir di dalam kehidupannya, karena kegagalan adalah satu pertanda dari suatu hal yg gagal dikerjakan dan menciptkan rasa malu.

Hanyalah sebuah ilusi jika yang terjadi dikehidupan kita hanya hal-hal baik dan membahagiakan, ketika kita berbicara tentang salah satu hal yg dinilai tidak baik oleh masyarakat luas, yaitu kegagalan.  Kegagalan pun sebenarnya adalah hal yg baik jika ditinjau dari sudut dan kacamata yang benar. Masyarakat awam meyakini bahwa kegagalan adalah kunci keberhasilan, namun sebenarnya ini hanyalah seperti jargon maupun kalimat penenang yang menutupi rasa malu karna kegagalan itu sendiri.

Dampak dari tidak siapnya mental kita menerima kekalahan yaitu sebagai salah sath dari banyak contoh, ricuh saat menyaksikan pertandingan sepak bola karena tim kesayangannya kalah yang sampai menyebabkan adu pukul, tawuran hingga menyebabkan kematian. Banyak lagi dampak dari ketidaksiapan mental kita menerima kegagalan.

Hal ini menjadi sebuah tradisi jika kita menilik semenjak kecil kita dididik untuk mencapai hal-hal yang baik dan besar, melakukan sesuatu dengan benar, mempersiapkan diri serta berlatih untuk memenangkan pertandingan, mencapai nilai baik saat ujian, meraih juara kelas dan lain sebagainya.

Ini menjadi paradoks karena seakan-akan kita diajari "hanya" untuk menang dan berhasil. Lalu kita semua lupa bahwa kehidupan ini bak penuh misteri tanda tanya, apa yang terjadi jika kita melakukan hal yang sebaliknya? Bagaimana jika kita ternyata kalah, tidak mampu bertanding dengan baik, tidak bisa meraih target ini dan itu, bagaimana jika pada kenyataannya yang kita dapati adalah sebuah kegagalan?

Tentunya, depresi, perpecahan dan dampak-dampak lainnya yang merusak tidak kita harapkan menjadi buah dari berbagai macam kegagalan yang kita dapati sehari-hari. Oleh karena itu,  Kita butuh didikan dan kesadaran berupa cara-cara untuk menanggulangi kegagalan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, kegagalan mencapai target, kegagalan didalam ruang lingkup pendidikan, kegagalan dalam hubungan antar pribadi dan semua kegagalan lainnya. Karna kita senantisa tidak akan pernah jauh dengan keberhasilan, pun kegagalan.

Membiasakan diri dengan kegagalan bukan berarti kita menjadi pribadi yang pesimis dan dekat dengan kegagalan, namun pembiasaan diri pada kegagalan membawa kita lebih siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Ini juga seyogianya menjadi perhatian khusus bagi generasi muda yang dikenal sebagai generasi millenial untuk menguatkan mental mereka untuk terbiasa pada kegagalan. Karena jika tidak segera disadari dan diperbaiki, mental seperti ini jika terus berkelanjutan akan membuat kehidupan kita penuh dengan perpecahan dari skala kehidupan yang kecil yaitu interpersonal maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Sudah terlalu banyak kutipan mengenai kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, sekarang, mari sadari dan wujudnyatakan" - Agi Julianto Martuah Purba

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun