Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Pengkhianatan" Novel Baswedan (Mungkin) Perlu Kita Ikuti

31 Desember 2019   11:27 Diperbarui: 31 Desember 2019   11:41 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tersangka meneriakkan kalimat tentang pengkhianatan Novel Baswedan | Sumber gambar : kompas.com

Pernyataan tersangka penyiraman air keras Novel Baswedan yang menyebut Novel seorang pengkhianat telah memantik beragam spekulasi. Penggunaan istilah "pengkhianat" membuat publik bertanya-tanya kiranya pengkhianatan seperti apa yang dimaksud oleh tersangka. Ada yang menyebutkan bahwa hal itu terkait rekam jejak Novel Baswedan yang mengusut kasus korupsi simulator SIM di tubuh kepolisian tahun 2011 lalu. Dalam kasus ini Kepala Korlantas Polri Irjen (Pol) Djoko Susilo terjerat oleh "jaring" Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Diluar institusi kepolisian, Novel Baswedan juga terlibat sebagai penyidik kasus-kasus korupsi besar dengan tokoh-tokoh ternama terlibat didalamnya. Seperti kasus E-KTP, kasus suap Akil Mochtar terkait sengketa pilkada, kasus gratifitkasi mantan Sekjen Mahkamah Agung Nurhadi Abdurachman, hingga kasus korupsi Wisma Atlet.

Tidak bisa dipastikan dalam kasus apa Novel Baswedan disebut sebagai pengkhianat. Apakah kasus yang melibatkan "orang dalam" kepolisian atau justru kasus diluar institusi polri. Namun jikalau pengkhianatan Novel lebih terkait dengan pembongkaran kasus korupsi, maka pengkhiatan tersebut patut untuk kita dukung. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sekalipun mesti turut serta mendukung "pengkhianatan" yang menyangkut penuntasan kasus korupsi di segenap lembaga pemerintah.

"Pengkhianatan" Itu Diperlukan

Beberapa waktu lalu ketika momen peringatan Hari Antikorupsi Internasional, Pimpinan KPK Alexander Marwata menyatakan bahwa sekitar 80% pengungkapan kasus korupsi adalah berkat peran pihak internal. Dengan kata lain ada "orang dalam" yang turut "membocorkan" sesuatu yang mencurigakan di tubuh institusinya. Bukankah mereka yang membocorkan informasi penting kepada "musuh" layak disebut pengkhianat?

Pengkhianatan yang dilakukan oleh Ephialtes dalam film "300" telah membuat sekumpulan pasukan kuat Spartan bertekuk lutut dihadapan tentara Persia. Padahal Spartan dikenal dengan strategi perangnya yang tidak tertembus serta memiliki daya tempur yang luar biasa. Sayangnya, Ephialtes memberikan informasi rahasia kepada pihak musuh sehingga membuat para prajurit Spartan terkepung dari segala penjuru.

Pengkhiatan memang dianggap sebagai sebuah aib dan sesuatu yang nista. Namun dalam kasus membongkar aib korupsi di tubuh insitusi atau korporasi, pengkhiatan seperti ini diperlukan. Sebagaimana diakui oleh KPK sendiri, peran "pengkhiat" telah berkontribusi signifikan dalam mengungkap kejahatan korupsi.

Mungkin adakalanya kita perlu untuk menjadi "pengkhianat" demi suatu tujuan baik memberantas tindak korupsi. Pada akhirnya nanti, pengkhianat macam ini bisa berubah menjadi sosok pahlawan yang luar biasa bagi penegak hukum dan pegiat antikorupsi. Korupsi yang telah mengakar kuat seperti pasukan Spartan itu haruslah ditembus dengan cara yang "licik". Barangkali hanya cara itulah yang bisa melenyapkan korupsi dari bangsa ini.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun