Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kedaulatan Sampah dan Seruan Menolak Pembuangan Sampah Lintas Negara

17 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 17 Juni 2019   08:45 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh kasus impor scrap plastik yang bercampur sampah rumah tangga aneka jenis yang dilarang masuk ke Indonesia. Sejumlah lima kontainer seperti ini dipulangkan kembali ke Amerika Serikat dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Scrap plastik diimpor industri daur ulang plastik untuk memenuhi kebutuhan produksinya. (Sumber KLHK yang diambil dari bebas.kompas.id)

Kasus penyelundupan sampah plastik yang baru-baru ini terjadi seakan membuka mata kita bahwa persoalan sampah plastik kini sudah sangat mendunia. Sampai-sampai beberapa negara mencari "jalan pintas" membuang sampah plastiknya ke negara lain. Permasalahan terkait sampah plastik hingga saat ini memang masih belum benar-benar mendapatkan solusi pemecahan yang tepat. 

Karakteristik sampah jenis ini memang berbeda dibandingkan sampah jenis lainnya seperti sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos, sampah kertas yang bisa diolah kembali oleh industri kertas, dan lain sebagainya. 

Sampah plastik tidak bisa dengan cepat diurai oleh lingkungan, butuh waktu yang sangat lama untuk itu. Padahal sampah plastik terus-menerus bertambah setiap harinya. Akibatnya sampah plastik terus menumpuk tanpa arah yang jelas untuk diselesaikan.

Sebagian orang atau komunitas tertentu mungkin menawarkan solusi kreatif dengan melakukan pengelolaan sampah plastik menjadi bahan-bahan kerajinan tangan atau didaur ulang kembali menjadi bahan baku produksi plastik baru. 

Meskipun demikian, masalah sampah plastik ini belum sepenuhnya terselesaikan. Masih banyak tumpukan sampah plastik yang menunggu untuk dicarikan jalan penyelesaian. 

Bahkan sampah plastik ini semakin lama semakin melebarkan "ekspansinya" hingga ke lautan. Ada sangat banyak sampah plastik yang dibuang ke laut oleh manusia. Entah itu karena kesengajaan atau karena keterpaksaan akibat tidak adanya lagi tempat untuk menampungnya. 

Namun yang perlu dipahami di sini adalah sampah plastik telah menjadi persoalan besar dari bangsa-bangsa di dunia. Terlebih jika hal ini dialami oleh negara dengan geografis yang tidak terlalu luas atau memiliki kendala terkait keterbatasan wilayah. 

Dengan semakin giatnya seruan untuk menjaga lingkungan perairan dari sampah sedangkan kuantitas pemakaian produk-produk penghasil sampah plastik yang semakin besar, maka cara-cara "kreatif" sangat diperlukan. Bagi mereka yang berfikir "lurus" maka akan menggunakan cara-cara beradap dengan melakukan pengolahan sampah, daur ulang, dan sejenisnya. 

Sampah adalah persoalan besar setiap bangsa yang mesti dicarikan solusinya secara bijak (Sumber gambar : https://www.konfrontasi.com)
Sampah adalah persoalan besar setiap bangsa yang mesti dicarikan solusinya secara bijak (Sumber gambar : https://www.konfrontasi.com)
Sedangkan bagi mereka yang berfikir "bengkok" akan menghalalkan segala cara asalkan permasalahan sampah plastik di negaranya bisa terselesaikan. Hal inilah yang terlihat pada kasus penyelundukan sampah plastik yang tengah hangat diperbincangkan saat ini. 

Kebutuhan impor sampah kertas yang merupakan salah satu bahan pendukung untuk industri ternyata malah disalahgunakan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat pembuangan sampah mereka.

Mungkin kita perlu mencoba untuk menerka apa yang ada dibenak para penyelundup sampah ini. Sampah plastik sudah cukup menjadi persoalan besar di negara mereka. Membuang sampah plastik di tempat pembuangan sampah mungkin sudah tidak muat lagi. Membuat sampah ke laut sama halnya dengan mengundang hadirnya masalah baru. Mengolah sampah plastik mungkin saat ini tidak memungkinkan secara biaya bagi mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun