Mohon tunggu...
Agastya Dedy Kusuma
Agastya Dedy Kusuma Mohon Tunggu... Pengelana -

Lone ranger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maaf, Seronok Ya Mas?

20 Juni 2011   01:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:21 1503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_115206" align="alignleft" width="320" caption="Foto : http://www.iniunik.web.id/2011/06/dangdut-musik-asli-indonesia-sejarah.html"][/caption]

Beberapa waktu lalu, saya diajak seorang teman menghadiri acara tasmiyah tetangganya. Si tuan rumah ramah menyalami kami, wajahnya tampak berseri dan ia mengenakan baju terusan dan kopiah haji. Istrinya dan ibu-ibu lainnya yang ada di situ mengenakan kerudung, dari rebana yang ditumpuk di sudut teras saya pun paham bahwa pasti sebelumnya mereka salawatan dan sekarang adalah waktunya acara bebas, acara resepsi prasmanan bagi tamu yang datang.

Nah, untuk hiburan acara bebas ini diundanglah pemain organ tunggal lengkap dengan penyanyinya. Tiga orang gadis ABG berpakaian menor dan seronok serta satu orang laki-laki berpembawaan banci. Si banci ini tidak menyanyi, ia hanya menggeliat-geliat sambil sesekali menimpali nyanyian si ABG menor. Lagunya? Aha, inilah yang menarik dan kontradiktif dengan acara salawatan sebelumnya. Saya tak tahu judul lagunya tapi sepertinya ini adalah lagu dangdut yang cukup populer dan sering dibawakan dalam hajatan-hajatan di kampung.

“…… terlalu panjang…….”

“…. Jangan…” (timpal si banci)

“…… terlalu pendek…….”

“…. Jangan…” (timpal si banci lagi)

“…… terlalu besar…….”

“…. Jangan…” (masih timpal si banci)

“…… terlalu kecil…….”

“…. Jangan…” (lagi-lagi si banci menimpali)

(Berdua)”…. Yang sedang-sedang sajaaaa………”

Saya kurang tahu persis apakah lirik lagunya memang seperti itu, tapi dalam acara-acara seperti ini memang sering terjadi si penyanyi mengganti lirik sesukanya dengan alasan menyesuaikan dengan konteksnya, walaupun kebanyakan liriknya berubah menjadi menjurus ke hal porno.

Si tuan rumah dan tamu-tamu yang hadir tidak nampak terganggu dengan pertunjukan ini. Toh, ini acara senang-senang, begitu mungkin. Dan masih banyak acara-acara lain seperti misalnya di acara kawinan, sunatan, atau syukuran baru beli mobil baru yang diramaikan pertunjukan seperti ini. Bahkan di acara kawinan, liriknya bisa lebih vulgar lagi yang bisa membuat si pengantin tersipu-sipu malu. Dan yang tak kalah buruk, lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu yang sedang popular saat ini dimana kebanyakan isi lagu itu bertema selingkuh dan patah hati. Baru aja nikah, kok, sudah dihibur dengan tema lagu semacam ini.

Di sisi lain, dalam acara hajatan keluarga seperti ini tentulah para orangtua mengajak anak-anaknya ikut serta menghadiri undangan. Si penyanyi tak peduli, tetap saja bernyanyi dengan lirik porno sambil menggeliat-geliat erotis di depan anak-anak kecil. Lagu lain yang sering dibawakan biasanya Cucak Rowo, Belah Duren, Keong Racun, Tokek Belang, atau Iguana Berbisa (kalau ada, hehe). Acara tujuh belasan Agustus? Wah jangan tanya, mereka bergulingan di panggung dan mempertontonkan gerakan-gerakan orang lagi bersetubuh. Bahkan saya pernah melihat di video ada penyanyi yang sampai membuka bajunya, memperlihatkan BH atau rambut kemaluan. Adapun pejabat berbaju batik yang kebetulan diundang hadir tak segan-segan ikut bernyanyi dan berjoget bersama si penyanyi.

Si penyanyi tampak biasa saja. “Ya namanya juga dangdutan, Mas. Mana ada yang suka kalau kita biasa-biasa aja. Emang seronok ya, Mas? Saya ngrasanya biasa-biasa saja. Masih sopan lah ini, kan ini acara hajatan biasa”, ujarnya sambil mengipas-ngipas lehernya yang berkeringat.

Bagaimana di tempat Anda? Saya yakin kurang lebih sama atau setidaknya ada sesekali yang seperti itu. Kita masih tinggal di Indonesia yang sama kan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun