Mohon tunggu...
Afrianto Daud
Afrianto Daud Mohon Tunggu... -

penikmat buku, pendidik, pembelajar, dan pemulung hikmah yang terserak di setiap jengkal kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menebak Hasil Pilkada Jakarta: Ahok Tumbang?

14 Februari 2017   09:35 Diperbarui: 14 Februari 2017   09:58 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh: Afrianto Daud

(Analis Politik di Centre for Democracy and Political Education)

Masa kampanye pilkada serentak baru saja selesai. Semua kandidat telah melakukan performa terbaiknya selama kampanye. Kini semua sedang berada pada minggu tenang, menunggu hari pencoblosan tanggal 15 Februari besok. Bagi paslon dan pendukungnya, minggu tenang selain minggu untuk beristirahat dari kampanye, ini adalah minggu yang juga bermanfaat sebagai waktu untuk merefleksi tentang apa yang sudah dikerjakan, sambil berharap yang terbaik dengan hasil yang diinginkan. Untuk refleksi dan memperoleh ketenangan itu, sebagian paslon bahkan ada yang berangkat umrah ke tanah suci.

Saat ini sedikitnya ada 101 daerah yang akan melakukan pencoblosan di seluruh nusantara pada Rabu besok, namun tulisan ini hanya mencoba menganalisa bagaimana peta dukungan terakhir di Pilkada Jakarta. Siapa yang bakal memperoleh suara terbanyak. Apakah pilkada ini bisa diselesaikan dengan satu putaran saja, atau harus dua putaran. Faktor apa saja yang paling dominan mempengaruhi keputusan pemilih, dan siapa yang akhirnya akan memimpin ibu kota dalam lima tahun ke depan.

Sebagai barometer politik nasional, pilkada Jakarta adalah pilkada yang paling heboh, dan menjadi pusat perhatian ratusan juta orang di saentero Indonesia, bahkan dunia. Tidak mengejutkan, karena secara politik, Jakarta memang jadi rebutan hampir semua partai politik. Karenanya, semua parpol harus memutar otak sangat keras agar bisa memenangkan pertaruangan politik di Jakarta itu. Munculnya tiga paslon di Jakarta membuat kompetisinya menjadi multi front battle– pertempuran segitiga dengan banyak sisi. Ini diantara alasan lain yang membuat pilkada DKI makin menarik dicerimati.

Memperhatikan performa ketiga pasang paslon dan segala dinamika politik yang mengiringi kampanye pilkada Jakarta, saya menduga bahwa perolehan suara akan berlangsung sengit antara ketiga pasangan calon, terutama nomor urut 3 (Anies-Sandi) dengan paslon nomor 2 (Ahok-Djarot). Pada saat yang sama, pasangan nomor urut 1 (Agus-Sylvi) dipekirakan juga akan memperoleh suara signifikan. Bukan tak mungkin, Agus Silvi bisa menjadi kuda hitam di Pilkada Jakarta.

Ketatnya angka perolehan dari ketiga pasang calon bisa dilihat dari naik turunnya prediksi perolehan suara dari setiap pasangan pada survei yang dirilis oleh beberapa lembaga. Walau sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian (atau malah semua?) lembaga survei biasanya bekerja sebagai bagian tim pemenangan atau konsultan politik paslon tertentu, boleh jugalah hasil survei mereka dijadikan gambaran awal.

Beda Survei, Beda Pemenang

Pola persentase suara di beberapa lembaga tidak konsisten, dimana paslon dengan suara terbanyak berbeda-beda antar lembaga survei. Survei terakhir dari Lingkaran Survei Indonesia(LSI) pimpinan Denny JA, misalnya, merilis survei terbaru mereka pada Selasa (17/1/2017). Survei tersebut dilakukan pada 5-11 Januari 2017 terhadap 880 responden. Hasilnya, elektabilitas Agus-Sylvi tertinggi dengan angka 36,7 persen, Ahok-Djarot 32,6 persen, dan Anies-Sandi 21,4 persen. Undecided voters dalam survei ini sebesar 9,3 persen.

Unggulnya Agus-Sylvi juga dilaporkan Poltracking Indonesia yang merilis hasil survei Pilkada DKI pada Kamis (19/1/2017). Berdasarkan survei tersebut, elektabilitas Agus-Sylvi sebesar 30,25 persen, pasangan Ahok-Djarot 28,88 persen, dan pasangan Anies-Sandi 28,63 persen. Sebanyak 12,24 persen pemilih masih belum menentukan pilihan.

Berbeda dengan kedua lembaga survei ini, lembaga Survei Populi melaporkan Ahok-Djarot memperoleh angka tertinggi dengan 40 persen suara, diikuti Anies-Sandi (30,3 persen) dan Agus-Sylvi (21,8 persen). Urutan suara yang mirip dilaporkan hasil survei SMRC yang dilakukan pada 14-22 Januari 2017, pasangan Ahok-Djarot mendapat elektabilitas sebesar 34,8 persen. Pasangan Anies-Sandi menyusul dengan elektabilitas 26,4 persen, dan pasangan Agus – Sylvi diurutan terakhir dengan 22,5 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun