Mohon tunggu...
Afifatul Khoirunnisak
Afifatul Khoirunnisak Mohon Tunggu... Petani - Sarjana Pertanian

Menikmati perjalanan hidup dengan belajar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Maksimalkan Biopori sebagai Alternatif Mengelola Air Hujan

12 September 2019   10:04 Diperbarui: 14 September 2019   15:04 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai hari ini, seperti yang pernah saya pelajari dan tentu sebagian besar masyarakat Indonesia ketika mengenyam bangku pendidikan, bahwa Indonesia merupakan negara yang berada pada zona iklim tropis. Sehingga musim yang terjadi hanya 2 yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Saya mengalami 2 musim itu, menikmatinya, pun pernah pula tahu ada permasalahan yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari perubahan iklim itu. Disaat musim kemarau ekstrem (El-Nino) terjadi kekeringan di berbagai titik. Dan, disaat musim hujan ekstrem (La-Nina) maka terjadilah banjir. Sebuah keniscayaan, mengingat banyak faktor menyertai, sulit berkelit menghindari.

Disaat musim kemarau seperti saat ini, hujan sangat dinantikan oleh banyak orang, begitu juga saya. Hal yang paling saya sukai ketika melihat rinai hujan dibalik jendela sambil menikmati hangatnya teh. Ketika rintik hujan turun menyapa bumi, udara menjadi sejuk. Para petani tersenyum karena kebutuhan air terpenuhi. Anak-anak kecil berlarian bermain air hujan.

Namun disisi lain, hujan juga menjadi suatu hal yang tidak diharapkan. Ketika jumlahnya semakin banyak dan daratan sudah tidak mampu menampungnya, manusia tidak mampu mengelolanya maka terjadilah banjir.

Istilah banjir sudah tidak asing terdengar di telinga saya karena belakangan ini banyak media memberitakan itu. Khususnya wilayah ibukota yang sudah menjadi langganan banjir. Terjadinya bencana banjir tentunya ada faktor penyebabnya.

Saya mengutip dari laman resmi BPBD Jakarta yang menyatakan bahwa banjir di ibukota disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Curah hujan yang terlalu tinggi
2. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan permukaan air laut
3. Banyak bangunan/pemukiman di bantaran sungai
4. Aliran sungai tidak lancar disebabkan oleh sampah yang menyumbat
5. Kurangnya tutupan lahan
dan penyebab lainnya.

Tentunya dibutuhkan upaya dari berbagai pihak untuk mengurangi resiko terjadinya banjir. Seperti yang pernah saya baca bahwa upaya tersebut dapat dilakukan secara mitigasi ataupun adaptasi. Salah satu upaya mitigasi yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat lubang biopori.

Biopori sebagai alternatif


Sumber: sda.pu.go.id
Sumber: sda.pu.go.id
Apa itu biopori? Saya mengenal istilah biopori pertama kalinya ketika duduk di bangku kuliah. Biopori yaitu lubang yang dibuat vertikal ke dalam tanah dengan diameter sekitar 10-30 cm dan kedalaman sekitar 1 meter. Selanjutnya di dalam lubang biopori diisi dengan sampah organik.

Menurut saya, biopori sangat sesuai apabila diterapkan di ibukota karena dapat menguraikan beberapa permasalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun