Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Valuable Things from Patuk Rekesan

19 September 2017   21:52 Diperbarui: 24 September 2017   22:01 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah dilaksanakan mulai tanggal 5 Juli 2017 hingga 5 Agustus 2017 memberikan banyak pelajaran yang sangat berharga. Kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat dengan memberdayakan Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) berbasis Masjid. Tak pernah terbayangkan sebelumnya untuk menjalani kehidupan bersama dengan teman-teman yang baru dikenal, lingkungan yang baru dipijak, dan masyarakat yang jauh berbeda dari biasanya selama sebulan penuh. Tentu saja ada banyak rasa yang berbeda di setiap detiknya, mulai dari rasa suka, duka, tawa, haru, bahkan tangis.

Kebetulan kelompok kami ditugaskan untuk mengabdi di Masjid Miftahul Hidayah, Dusun Patuk Rekesan, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Meskipun lokasinya hanya berkisar 3 kilometer dari pasar kecamatan Wajak, namun suasana pedesaan di sana masih terasa kental. Penduduknya pun mayoritas memiliki profesi sebagai buruh, petani di ladang, dan juga peternak yang mengharuskan mereka untuk giat bekerja mulai pagi hingga menjelang petang. Hal tersebut membuat lingkungan dusun selalu terlihat sepi dari aktivitas penduduk. 

Terlepas dari kesibukan, masyarakat di Dusun Patuk Rekesan ini terkenal sangat ramah, santun, dan religius. Di tengah-tengah mereka berdiri sebuah yayasan pendidikan yang mengedepankan ke-Islam-an dan kecintaan terhadap Al-Qur'an, yakni yayasan pendidikan An-Nashr. Yayasan yang dipimpin oleh Ustadz Muhammad Taufik, M.Pd ini menaungi beberapa instansi yakni Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMP, serta pondok pesantren yang memiliki nama yang sama seperti yayasan tersebut.

Selama KKM, kami tidak hanya mendampingi masyarakat sekitar untuk diberdayakan melalui posdaya, justru kami juga didampingi masyarakat untuk memberdayakan diri masing-masing. Contoh kecilnya, beberapa anggota kelompok kami yang kesulitan untuk berbahasa krama inggil (tingkatan bahasa Jawa paling atas) mulai belajar menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Selain itu, kami juga diperkenalkan dengan metode Tilawati dan metode menghafal Al-Qur'an beserta arti per kata yang dinamakan metode An-Nashr. 

Hal tersebut merupakan pembelajaran baru khususnya bagi saya pribadi. Dan pengalaman yang paling mengesankan adalah ketika saya dan teman-teman dipercaya untuk melaksanakan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) di MI An-Nashr. Bagi saya yang notabene adalah mahasiswi jurusan ranah pendidikan, pengalaman mengajar tersebut sungguh tak terlupakan. Berhadapan dengan anak-anak yang memiliki karakteristik dan kepribadian yang masing-masing berbeda selama hampir berjam-jam membuat saya banyak belajar langsung dari kenyataan, tidak hanya dari teori-teori buku yang selama ini saya pelajari di bangku perkuliahan. 

Di samping itu, kami juga dipercaya untuk mengisi kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) dan Outbond bagi siswa baru SMP An-Nashr. Kegiatan tersebut sangat menarik untuk dikenang, mengingat kami harus menyiapkan segala sesuatunya secara mendadak, hingga keseruan survei lokasi Outbond yang berliku-liku sembari tadabbur alam.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selain pengalaman mengajar, kami juga mendapat pengalaman yang bernilai tinggi tentang bagaimana hidup bermasyarakat. Kami memulai hal tersebut dari yang sederhana seperti silaturahim di hari-hari awal kedatangan kami, senantiasa menyapa ketika bertemu dengan masyarakat, mengikuti jama'ah Tahlilan dan Diba'an baik untuk laki-laki dan perempuan, serta hal-hal kecil yang bisa kami lakukan untuk berbaur lebih dekat dengan masyarakat. Berada di lingkungan pesantren membuat kami senantiasa berusaha menjaga sikap maupun tutur kata. Sehingga pada akhirnya dalam setiap program kerja yang kami laksanakan selalu diterima dengan baik dan terbuka oleh masyarakat. 

Hal ini terbukti saat kami mengadakan penyuluhan kesehatan bagi lansia sekaligus sosialisasi pembuatan bubuk kopi dari biji pepaya. Kedua program kerja tersebut adalah bagian dari tujuan kami dalam mengembangkan posdaya Masjid Miftahul Hidayah. Ketika kedua acara tersebut berlangsung, antusiasme masyarakat sangat tinggi sehingga tingkat kehadirannya melebihi target yang kami harapkan. Di samping itu, masyarakat (terutama Ibu-ibu) sangat aktif bertanya saat penyuluhan kesehatan yang mana kegiatan tersebut bekerja sama dengan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa). 

Bapak Fahzzah Indra Lukmana, A.Mp, Kep, selaku pemateri penyuluhan, memberi apresiasi positif terhadap program kerja kami. Begitupula saat sosialisasi pembuatan bubuk kopi dari biji pepaya, masyarakat tertarik untuk memperhatikan proses demi proses pembuatan hingga selesai. Ketika tester minuman kopi biji pepaya dibagikan, masyarakat juga memberi testimoni yang positif. Besar harapan kami untuk diadakan tindak lanjut dari posdaya Masjid Miftahul Hidayah terkait pembuatan produk bubuk kopi dari biji pepaya. Mengingat pepaya adalah potensi terbesar masyarakat di Dusun Patuk Rekesan, sangat disayangkan apabila limbah buah pepaya tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Dan yang terakhir, saya pribadi mendapatkan pelajaran hidup yang sangat penting tentang kehidupan itu sendiri. Menjalani aktivitas 24 jam bersama masyarakat dan teman-teman baru selama KKM sedikit banyak merubah beberapa pandangan dan sikap dalam diri saya. Awalnya tidak mudah menyesuaikan diri dengan teman-teman yang memiliki latar belakang dan watak yang bermacam-macam. Namun setelah hari demi hari berlalu, kami semakin mengerti satu sama lain hingga menjadi seperti keluarga. 

Bagaimana tidak? Selama sebulan penuh kami selalu melakukan banyak hal bersama-sama, mulai dari gotong royong membersihkan masjid, menjalankan setiap program kerja, bahkan untuk hal-hal kecil seperti menyantap sarapan, berbelanja, memasak, tidur, dan sebagainya. Semua hal tersebut mengajarkan kami tentang bagaimana hidup bersama orang lain, menjalin hubungan yang baik, saling menghargai, dan juga saling menjaga satu sama lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun