Mohon tunggu...
Yusuf Afandi
Yusuf Afandi Mohon Tunggu... Dosen - Seorang yang senang mengutak atik media

Traveller yang suka naik gunung, turun ke lembah mencari air terjun dan berakhir di pulau untuk menikmati indahnya matahari di senja hari....instagram.com/yusufafandi18

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Biarkan Mereka Merdeka

21 Agustus 2017   13:40 Diperbarui: 21 Agustus 2017   13:55 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bak adegan film hollywood, dalam sebuah siaran langsung di TV  Nasional, sedang terekam sebuah operasi penangkapan terduga terorisme.  Letusan peluru bersahutan, dilengkapi dengan pemandangan yang mencekam  dan dibumbui dengan ekspresi yang menakutkan yang dicitrakan oleh para  polisi yang sibuk mencari-cari celah untuk menghancurkan musuh dengan  berbagai macam senjata canggih yang telah di persiapkan.

Tiba-tiba  terdengar letusan yang menggelegar di rumah sang terduga teroris, polisi  berhamburan mendekati tempat kejadian dan disana terlihat  lembaran-lembaran kitab suci yang sebagian sudah terbakar, kopiah putih  yang menghitam karena debu ledakan senjata berat yang memenuhi ruangan  dan serpihan kalimat-kalimat suci yang sudah tidak lagi utuh.

Tak lama kemudian, muncullah wajah sang terduga teroris sambil  meneriakkan kata-kata penyanjungan kepada Tuhan, dengan wajah yang  dipenuhi jenggot, dan memakai pakaian yang kearab-araban (sorban dan  jubah), kemudian dengan latar belakang bendera hitam dengan kalimat suci  yang di tambah dengan aksesoris pedang. Sempurnalah citra yang di  gambarkan oleh media. Inilah bentuk ideal dari seorang teroris

Channel TV lain memberitakan hal yang tidak jauh berbeda. Seorang  perempuan memakai pakaian serba hitam hinga yang kelihatan pun hanya  intipan dua matanya sedang digiring oleh polisi, karena didiuga telah  membantu terduga teroris dalam pelariannya. Perempuan ini diduga  berafiliasi dengan jaringan radikal yang merusak keharmonisan negara.  Lagi-lagi media telah berhasil menggiring opini bahwa anarkisme adalah  bagian yang tidak dapat terpisahkan dari perempuan yang berpenampilan  seperti ini.

Akhirnya, opini masyarakat pun terbentuk dengan apik, bahwa seseorang  laki-laki memakai jubah, jenggot, rajin membaca kitab suci dan rutin  ikut pengajian, atau seorang perempuan yang memakai penutup seluruh  tubuhnya adalah seorang radikal, anarkis, fundamentalis, dan teroris.

Dan, olok-olokan mulai mendeskreditkan orang-orang yang berpenampilan  seperti dua terduga teroris diatas. Pasukan berdaster, kambing  berjalan, pasukan ninja, kura-kura ninja, perempuan maskeran atau  bahasa-bahasa cacian memenuhi newsfeed di halaman-halaman media social dan media mainstream lainnya yang menjadi media baru dalam penyampaian opini mereka.

Masyarakat perlu memahami secara komprehensif makna radikal,  fundamental, atau ketika radikal dan fundamental diikat dengan sikap  fanatik sebelum menghukum seseorang. Tidak semua yang radikal dan  fundamental dianggap membahayakan dan berpotensi pada hal-hal yang  anarkis. Radikal adalah pemahaman yang mengakar dan komprehensif, akan  tetapi bisa menjadi berbahaya ketika dibumbui sikap-sikap fanatik.

Seseorang berhak menjadi radikal dalam memahami ideologi yang diyakini,  akan tetapi radikal-fanatik yang menjurus pada tindakan-tindakan anarkis  dan membahayakan memang sudah seharusnya dilarang dan dimusnahkan  dengan cara-cara yang direstui oleh hukum dan Undang-Undang. Masyarakat  tidak berhak menjudge seseorang dari tampilan luarnya saja.  Perhatian, pemahaman, sikap saling menghargai dan menghormati dalam  perbedaan, mestinya harus lebih ditonjolkan.

Indonesia; Rumah Bagi Perbedaan

Kejadian yang diceritakan diatas, bukanlah kejadian di Negara  Indonesia yang telah merdeka sejak 72 tahun lalu. Kisah ini terjadi di  negara lain yang miskin dengan perSejarah Indonesia mencatat ulama-ulama  yang berpenampilan ke 'arab-arab'an itu, malah berada di garda  terdepan dalam memperjuangkan tanah air yang kita nikmati saat ini.  Harta, darah, dan apapun yang mereka miliki dipersembahkan untuk negara  yang mereka cintai ini.

Indonesia adalah rumah bagi perbedaan. Dari sabang sampai merauke,  Indonesia kaya akan perbedaan, dari beragam jenis kebudayaan, Bahasa,  dan kekayaan alam lainnya. Perbedaan malah membuat Indonesia menjadi  lebih kuat dan dihargai oleh bangsa lain. Bhinneka Tunggal Ika adalah  bukti dari penghargaan founding father negara ini dalam menghargai dan menghormati perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun