Mohon tunggu...
Ahmad Fadhil Imran
Ahmad Fadhil Imran Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kami Terancam oleh Kami Sendiri

19 Januari 2017   15:00 Diperbarui: 19 Januari 2017   15:09 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandangan terkecil dari manusia biasa yang menguak tentang ajakan berliterasi sebagai upaya menepis ancaman bagi generasi kini dalam berbudaya khazanah kesusastraan masa kini.

RETORIKA BAGIAN TERKECIL DARI SASTRA..

Dalam dunia sastra, bahasa dapat dikatakan sebagai “jembatan” yang menghubungkan sastrawan dan masyarakat luas. Dimana komunikasi dalam berinteraksi menjadi kunci keharmonisan, memunculkan konflik, dan lain-lain sesuai dengan seni kemampuannya masing-masing dalam berkehidupan. Sastra menjadi pondasi penawar dari semua persoalan yang hadir dimasa lampau, sekarang, dan yang akan datang, sebab kontennya akan menjawab dan menentukan hasil dari semua permasalahan sosial yang hadir di tengah-tengah kita.

APA ITU SASTRA?

Secara definisi, Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti estetik atau keindahan tertentu.

Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.

SEBAB AKIBAT KEHADIRANNYA

Sastra lahir dari proses kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat dan terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sastra sering juga ditempatkan sebagai potret sosial. Ia mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Ia dipandang juga memancarkan semangat zamannya. Dari situlah, sastra memberi pemahaman yang khas atas situasi sosial, kepercayaan, ideologi, dan harapan-harapan individu yang sesungguhnya merepresentasikan kebudayaan bangsanya. Dalam konteks itulah, mempelajari sastra suatu bangsa pada hakikatnya tidak berbeda dengan usaha memahami kebudayaan bangsa yang bersangkutan. Dengan kata lain, mempelajari kebudayaan suatu bangsa tidak akan lengkap jika keberadaan kesusastraan bangsa yang bersangkutan tidak ada. Di situlah kedudukan kesusastraan dalam kebudayaan sebuah bangsa. Ia tidak hanya merepresentasikan kondisi sosial yang terjadi pada zaman tertentu, tetapi juga menyerupai pantulan perkembangan pemikiran dan kebudayaan masyarakatnya.

KEBUDAYAAN TRADISIONAL ADALAH TAMENGNYA

Ditengah-tengah perkembangan zaman, kebudayaan jika dipandang dimasa kini semakin akan menggeliat pulas, puitis dianggap irrelevan dengan kondisi kekinian, walaupun nilanya bermakna edukatif. Menelisik secara kausalitas, sangat dipandang perlu menjaga estetika kebudayaan secara modern tanpa melukai warisan tradisi. Istilah bahasa yang dinamakan logat tepatnya di masing-masing daerah yang ada di Indonesia hampir tumpul dimakannya. Logat yang sedemikian banyaknya yang disederhanakan menjadi istilah gaul dan digunakan pada keseharian dalam berinteraksi menjadi hal terbiasa pemancar bahwa kesusastraan di masa lampau telah punah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun