Mohon tunggu...
Adzan DesarDeryansyah
Adzan DesarDeryansyah Mohon Tunggu... Dosen -

Senang sekali berkomunikasi dengan orang lain termasuk dengan orang baru karena dengan sering berkomunikasi dengan orang lain maka sebenarnya kita bukan hanya terbiasa menjadi pembicara yang baik tapi juga melatih diri menjadi seorang pendengar yang baik. Suka hal hal yang berhubungan dengan agama,sosial dan olah-raga. Semoga tulisan tulisan saya kedepan dapat bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemana Rasa Empati?

29 Desember 2018   08:50 Diperbarui: 29 Desember 2018   08:54 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : tribunews.com


Garuda berduka, Indonesia berduka dan KITA BERDUKA. 

Lewat 6 hari setelah kejadian yang memilukan dan mengenaskan. Sebuah tragedi besar , musibah kembali menyapa negeri indah ini. Belum hilang ingatan tentang tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala bahkan mungkin masih ada di antara kita yang masih teringat kejadian tsunami di Aceh 14 tahun yang lalu. 

Sabtu lalu ( 22/12 ) tsunami terjadi di Banten dan Lampung Selatan yang menewaskan 400 lebih orang dan ratusan orang yang hilang. Yang pasti banyak orang yang mengalami kehilangan, kekecewaan dan kesedihan yang luar biasa. Banyak kisah yang terjadi dalam setiap tragedi, kisah kisah pilu hingga kisah kisah inspiratif. 

Dalam pandangan seorang Muslim memandang musibah hanya ada dua kemungkinan, hal ini bisa berupa teguran atau ujian. Hanya itu. 

Yang di sayangkan lembaga sekilas BMKG dan BNPB sempat melakukan kesalahan, dimana awalnya 2 lembaga tersebut mengatakan bahwa ini hanya gelombang pasang atau gelombang tinggi saja. Belakangan mereka meralat bahwa memang terjadi tsunami, setelah kejadian tersebut tentu semua orang memusatkan perhatian kepada daerah terdampak musibah tsunami.

Banyak orang yang peduli dan bersimpati terhadap para korban bencana dahsyat tersebut. Tidak usah diajarkan bagaimana orang Indonesia untuk membantu sesamanya dalam menghadapi musibah karena kultur kita sudah di ajarkan sejak kecil bahwa penting sikap perhatian dan saling membantu. 

Berbondong-bondong orang datang dan membawa bantuan bantuan bersifat material atau non material yang sekiranya dibutuhkan oleh pengungsi daerah terdampak bencana tersebut. Belum lagi, yang pasti dan selalu ada adalah kehadiran para relawan yang mengorbankan waktu dan tenaga membantu para pengungsi. 

Mereka datang dan menetap sementara disana bukan untuk berlibur namun untuk bersimpati dan berempati dengan pengungsi.

Namun yang membuat saya miris adalah kemarin di salah satu media tv berita menyiarkan informasi tentang swafoto / selfie di lokasi bencana. Salahkah?? Mungkin ada yang jawab tidak namun ada juga yang iya bahwa perilaku itu adalah perilaku yang salah, perilaku yang tidak patut di lakukan.

Entah siapa yang memulai nya, saat di tanya apa alasannya ada yang mengatakan bahwa mereka ingin menyebarkan informasi bahkan ada yang menjadikan tempat bencana sebagai latar foto mereka bertujuan untuk menunjukan eksistensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun