Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pantai Air Belanda : Mutiara Indah Kenangan Belanda di Maluku

21 Maret 2017   23:18 Diperbarui: 22 Maret 2017   18:00 1741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi. Pesona Pantai Air Belanda dari lepas pantai

Menilik namanya pasti ada kaitannya dengan Belanda. Benar. Tapi tunggu dulu. Bahas asal usulnya di paragraf-paragraf berikut, di bagian tengah. Di Bagian awal saya ingin sharing “perjuangan” menuju kesini. Kalau letak-nya dimana, sudah di tulis di judul : MALUKU. Pertanyaannya lagi, Maluku khan luas kira-kira dimana persis-nya?

Wah seru dan panjang perjalannya. Ngga kepikir sebelumnya jika akan menempuh perjalanan panjang kali ini. Kali ini adalah yang kedua kalinya saya menginjak tanah Ambon. Sekaligus yang pertama kali nyebrang ke Pulau Seram.

Traveling sebelumnya dari pulau Ambon hanya menatap hamparan luas Pulau Seram. Karenanya saat mendapat gambaran seperti apa perjalanan kali ini, sudah terbayang suatu perjuangan harus saya dan kawan-kawan tempuh. Siap ber-advanture ria, kata yang sudah pernah. Ya ngga ekstrim banget sich. Jangan membayang trekking atau offroad. Cuma ya itu tadi cukup menguras tenaga.

Perjalanan panjang

Jika dari Jakarta perlu terbang dulu ke Ambon. Sekarang ada penerbangan direct Garuda hampir 4 jam. Terbang siang. Dulu sempat transit di Makassar. Jakarta Makassar sekitar 2 jam. Berangkat dini hari jam 01.00 WIB. Transit 1 jam, lanjut lagi Makassar-Ambon, 1 jam 30 menit. Tiba di bandara Pattimura, Ambon, sekitar pukul 7 pagi WIT.

Tiba di Ambon, eeeiiittt...jangan cari sarapan dulu. Urusannya sekarang segera menuju pelabuhan Tulehu untuk kejar kapal Cepat menuju pelabuhan Amahai di Pulau Seram. Berangkat jam 9 pagi WIT. Ada sich angkutan umum dari bandara ke Pelabuhan Tulehu. Saran mending ambil taksi aja. Naik Angkutan Umum ngetem dulu. Kalau taksi sekitar 40 menit.

Sangat berisiko nggga ke-kejar sampai di Tulehu jika memilih angkutan umum tadi. Bisa sport jantung selama di jalan. Sebentar-bentar pasti lihat jam. Memang sich jalan di Ambon mulus, ngga macet seperti di Jakarta. Cuma ya itu tadi, sebentar-bentar berhenti nunggu penumpang.

Tiba di pelabuhan Tulehu, segera ke loket beli karcis. Tunda dulu foto-foto. Kalau perginya bareng-an, bagi tugas ada yang urus bongkar bagasi, ada yang ngacir ke loket, dan jika masih ada yang nganggur ya moto-in yang lagi sibuk. Waktunya mepet nich. Jika masih ada waktu senggang baru dech sarapan dulu. Di depan pelabuhan banyak warung makan. Kalau ngga keburu, beli nasi bungkus makan di kapal. Perjalanan Tulehu – Amahai kurang lebih 2 jam.

Kami ber-5 menuju desa Sawai, di Seram Utara. Dari ber-lima, 4 orang termasuk saya, memilih tiba H-1 di Ambon. Plesiran dulu di Ambon meski bukan yang pertama kali ke Ambon. Rekan kami, Sofie, yang menjadi komandan group karena cuti terbatas memilih direct dari Jakarta-Ambon-Sawai. Jadilah kami ber-4, jam 6 pagi, sudah di jemput driver mobil yang kami sewa segera ke bandara untuk jemput sang komandan. Untunglah pesawat yang di tumpangi Sofie tidak delay. Jika delay...hhhmmm....berubahlah itinerary. Untunglah tiba di Tulehu tidak mepet waktu. Masih ada waktu kurang lebih sejam tuk sarapan dulu.

Cuaca bagus, laut tenang, kapal cepat melaju dengan kecepatan kurang lebih 40 kilometer per jam. Lumayan bisa foto-foto dulu selama di jalan.

koleksi pribadi. Di atas spead boat, express bahari. Laut tenang menuju Amahai di Pulau Seram.
koleksi pribadi. Di atas spead boat, express bahari. Laut tenang menuju Amahai di Pulau Seram.
Begitu tiba di Amahai, Selamat Datang di Pulau Seram. Meski sudah menginjak tanah masih terasa goncangan kapal. Sekarang lanjut perjalanan darat dengan mobil sewa-an menuju desa Saka. Jarak dari pelabuhan Amahai ke desa Saka kurang lebih 125 kilometer. Cukup jauh ya. Kira-kira Jakarta Sukabumi. Ngga ada angkutan umum. Makanya perlu kudu sewa mobil. Untungnya Sofie, yang notebene, nona Ambon, punya contact person sewa mobil. Sudah di kontak sebelumnya jadilah ngga perlu cari mobil sewa-an lagi.

Perkiraan perjalanan ke Desa Saka kurang lebih 3 jam. Melewati kabupaten Masohi, kami mampir dulu untuk jajan. Mau makan Masih kenyang. Nikmati dulu es kelapa Masohi. Dingin-dingin di udara terik memang nikmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun