Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menunggak Bertahun-tahun, Datang Saat Butuh dan Bingung dengan Denda

11 September 2019   00:36 Diperbarui: 12 September 2019   19:43 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi pagi jam 10.00 Wita datang sepasang suami istri ke kantor. Si Ibu mengenakan rok hitam dipadu kaos coklat dengan jilbab warna perak . Si suami tak kalah keren dengan kemeja kotak-kotak biru dan celana panjang kain. Berdua naik sepeda motor. 

Dari meja saya di ruang depan , saya bisa melihat langsung ke parkiran depan halaman kantor, menembus kaca bening yang menjadi dinding pembatas.

Setelah disilahkan oleh abang security, mereka masuk dan duduk di depan meja CS (Customer service), yang berada tepat di sebelah meja saya. 

Mas Ibenk (bukan nama sebenarnya), putra samawa alumni salah satu universitas di Jogja  yang menjabat sebagai CS di cabang, menyapa pasangan suami istri yang usianya kurang lebih lima puluhan itu dalam bahasa daerah.

Saya masih asyik dengan PC di meja saya, kerjaan rutin tiap pagi periksa map anak-anak (marketing) sehubungan pengajuan kredit nasabah dan memverifikasinya di sistem.

"Saya sudah ketemu Mas Iwan (bukan nama sebenarnya) petugas di Bank Mandiri ,saya disuruh kesini minta surat keterangan karena ada muncul tanda di Bank Mandiri," tutur si Ibu kala berbicara dengan CS. Suaminya duduk di sampingnya. Intonasinya agak sedikit keras. 

Ruangan depan tidak terlalu besar untuk ukuran kantor cabang kecil di daerah, sehingga siapa saja yang berbicara di front office, akan bisa didengar oleh semua yang berada di situ. Termasuk nasabah yang duduk di antrian.

"Tanda apa itu Bu?" tanya CS

"Anu ne Mas. Kita ada mau pinjaman besar di Bank Mandiri, tapi muncul keterangan ada tunggakan di sini," kata si Bapak.

Beliau berbicara dalam bahasa Indonesia namun beberapa kata diucapkan dalam bahasa Sumbawa. Hampir sama dengan dengan tipikal nasabah di daerah lain.Dulu di Bali, nasabah lokal, terutama krama Bali, lebih sering menggunakan bahasa Bali dalam berkomunikasi. 

Lebih nyambung, lagi pula sehari-hari, di berbagai daerah di Indonesia, bahasa daerah adalah bahasa pendamping disamping bahasa nasional Indonesia yang menyatukan dari Sabang sampai Merauke...hehe:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun