Kawasan industri pun bisa jadi obyek wisata. Di tempat ini wisatawan bisa melihat ratusan jenis tanaman berkhasiat sekaligus proses pembuatan beraneka jamu dan obat tradisional.
Lahan seluas 11,5 hektar dengan 800 jenis tanaman herbal ini berada di Desa Sambilawang, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto. Kira-kira 3 kmke arah selatan terminal Kertajaya.
Lahan tersebut adalah obyek wisata perkebunan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) dan tempat pembuatan jamu Dayang Sumbi. Tempat ini berkembang sejak 1993 lalu. Kemudian pada 5 November 2000 statusnya berubah jadi pabrik jamu dibawah pimpinan Prof Dr (HC) H Wahid Iskandar yang saat ini diteruskan oleh putrinya, Hj Hartini Kiptijati.
“Nama Dayang Sumbi sendiri diambil dari cerita rakyat Jawa Barat yang mengisahkan seorang wanita yang tetap terlihat cantik hingga usia tuanya karena selalu minum ramuan tanaman herbal,” jelas Hartini.
Saat ini tempat tersebut sudah tak asing lagi bagi masyarakat Jawa Timurbahkan ke seluruh Indonesia dan namanya telah mencuat sampai ke dunia Internasional.
Pejabat tinggi negara seperti presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jatim Soekarwo dan Pangdam V Jatim juga terkena pesona untuk singgah ke obyek wisata ini, bahkan hingga wisatawan dari manca negara.
Bagi para wisatawan, disediakan tenaga pemandu yang akan menjelaskan berbagai pengetahuan tentang tanaman herbal, mulai dari budidaya, pemanfaatan sampai pengolahannya.
Keragaman koleksi tanaman dan penataan kebun nan apik yang ditunjang udara sejuk membuat banyak orang kepincut untuk mengunjunginya. Selain berwisata, mereka juga bisa mengkonsultasikan segala penyakit.
“Untuk konsultasi pengunjung tidak harus membeli produk jamu ini. Kita memberikan secara cuma-cuma sesuai dengan prinsip utama yaitu melayani masyarakat,” jelas Tini yang baru 1 tahun menduduki jabatan itu.
Dalam memberikan keterangan para pengunjung yang menanyakan obat herbal untuk penyakitnya, Tini berbicara sangat cepat. ”Ambil bagian jagung yang ada rambutnya, direbus lalu disaring diminum hangat. Dalam satu minggu batu ginjalnya pasti hancur,”ucap Tini pada salah satu pengunjung.
Selain melihat ratusan koleksi tanaman obat, wisatawan juga dapat secara langsung menyaksikan proses peracikan jamu mulai awal hingga pengemasan. “Disini kami selalu terbuka pada pengunjung,”imbuhnya sambil menunjukan tempat produksi.
Dijelaskannya, lokasi tersebut terbuka bagi pihak perguruan tinggi untuk mengadakan penelitian dan menjadi lokasi praktek kerja lapangan (PKL). “Hampir setiap bulannya pasti ada mahasiswa yang belajar disini,”ungkap Tini sambil berjalan menuju ruang pertemuan.
Sarana pembelajaran yaitu ruangan green house disediakan untuk wisatawan. Juga terdapat berbagai jenis tanaman yang bisa dibeli oleh pengunjung. Bukan hanya itu, wisatawan juga bisa membeli buku resep 1001 ramuan obat, CD dan riwayat perusahaan Jamu Dayang Sumbi seharga Rp 125ribu.
“Karena disini pusatnya maka kita jual dengan harga segitu dan ada diskon untuk rombongan,” tukas perempuan kelahiran Bandung, 29 September 1967 itu menutup percakapan.*dit