Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Inikah Era "Kebangkitan" Investor Saham dari Kalangan Milenials?

25 September 2018   10:09 Diperbarui: 25 September 2018   12:29 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: https://www.deseretnews.com/images/article/hires/1714609/1714609.jpg

Sejak dua minggu terakhir, saya punya "hobi baru": rutin mengunjungi situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Saya biasa melakukannya setiap pagi, saat pikiran masih jernih, belum "terkontaminasi" persoalan sehari-hari. 

Semua itu tentu dilakukan supaya saya dapat "meneliti" daftar emiten dengan cermat. Jangan sampai saya lalai menyeleksinya sehingga bisa berujung "fatal" pada pilihan investasi yang akan saya lakukan kelak.

Meskipun kini terdapat hampir 600 emiten di BEI, saya merasa perlu mendatanya satu per satu. Berat? Tentu saja. Namun, mau bagaimana lagi? Bukankah kalau kita mau menginvestasikan uang di sebuah perusahaan, terlebih dulu kita harus mengenalnya sebaik mungkin? Ibarat pepatah, jangan beli kucing dalam karung. Saya tidak mau menanamkan modal di perusahaan yang tidak saya kenal dengan baik.

Makanya, saya menganggap bahwa "sensus" emiten seperti itu adalah "pekerjaan rumah" yang mesti saya lakukan, jauh sebelum saya menanamkan dana di bursa saham. Saya ingin lebih mengenal calon emiten yang saya ingin beli kepemilikannya.

Saya pun memeriksa semua hal yang berhubungan dengan emiten yang dianggap "potensial": manajemennya, prospeknya, keuangannya, dan tentu harganya. Setelah semuanya sudah oke, dan keraguan saya lenyap, barulah saya bisa berinvestasi dengan nyaman, sebab saya merasa telah "menitipkan" uang saya di perusahaan yang tepat.

Kalau boleh dibilang, dalam urusan investasi saham, saya tergolong telat. Beberapa teman saya telah memulainya lebih dulu, dan entah mengapa, sewaktu mereka mengajak saya untuk menanamkan modal di saham, saya sering menolak. 

Wajar, dunia saham terbilang baru buat saya. Saya masih "newbie", dan butuh belajar lebih banyak, agar saya yakin kalau yang saya lakukan benar-benar saya pahami dengan baik.

Apalagi, dulu saya juga sempat dengar "desas-desus" ada sepasang suami-istri yang bangkrut setelah berinvestasi saham. Modal yang mereka gelontorkan "menguap" begitu harga saham anjlok. Terpaksalah mereka menelan "pil pahit": uang yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun lenyap dalam waktu singkat. Nyesek rasanya.

Makanya, niat untuk berinvestasi saham akhirnya sempat "tidur" lama di dalam pikiran saya. Saya merasa belum siap saat itu, dan mesti tunggu momen yang pas untuk mulai.

Kini, kesempatan itu terbuka bagi saya. Harus diakui, berinvestasi saham pada masa kini jauh lebih mudah daripada masa lalu. Kita bisa membuka rekening saham secara online, dan menanamkan modal yang minim, berbeda dengan dulu yang mana setiap orang mesti repot datang ke perusahaan sekuritas, menyiapkan duit banyak, dan bolak-balik memantau pergerakan saham.

Sekarang aturan mainnya telah berubah. Semua prosesnya sudah lebih mudah dan sederhana. Berapa pun usia dan modalnya, seseorang bisa menjadi investor saham. Ia dapat ikut memiliki perusahaan, layaknya investor-investor kawakan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun