Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PKK Berladang Cabai

4 Februari 2017   13:57 Diperbarui: 4 Februari 2017   14:31 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumbar, Chandra Indrawanto menyerahkan bibit cabai yang akan ditanam kepada Ketua TP PKK Sumbar Ny.Nevi Irwan Prayitno didampingi Kepala Dinas Pertanian Sumbar, Chandra dan Kepala Balitbu Sumbar, Dr.Mizu Istianto, awal Februari lalu. (REPRO: KORAN PADANG)

Ini baru kejutan. Kini, jajaran Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Sumatra Barat punya program ‘berladang cabai’. Bibit cabai yang segera memasuki tahap penanaman itu ada sebanyak 150 ribu batang. Programnya sudah dimulai sejak Rabu 1 Februari lalu diresmikan melalui penandatangan kerjasama antara PKK Sumatra Barat dengan BPTP Sukarami dan Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan, di Gubernuran, Padang.

Bertanam cabai bagi petani yang serius hasilnya sangat menguntungkan. Sebab, sebatang cabai jika dipelihara dengan baik bisa menghasilkan panen hingga satu kilogram. Bayangkan, 150.000 batang bibit cabai PKK itu kalau dipelihara dengan serius berpedoman pada petunjuk yang diberikan ahlinya, hasilnya bisa mencapai 150 ribu kilogram alias 150 ton.

Mari kita kalkulasikan rupiahnya. Satu kilogram cabai harga pasarnya sekitar Rp40 ribu per kilogram. Jika 150.000 kilogram cabai, kalikan saja Rp40 ribu. Luar biasa.

Yang paling mudah memang menghitung angka-angkanya. Namun, bagaimana kenyataan di lapangan yang sebenarnya, tentu kita harus menunggu waktunya tiba.

Bibit cabai 150 ribu batang itu ditindaklanjuti dengan kerja berantai. Dibagikan ke PKK kota dan kabupaten dan berlanjut sampai ke pelaksana di tingkat nagari dan jorong yang sudah diatur dengan baik. Kalau ditilik sistem kerja PKK dalam program berladang cabai ini sudah sangat baik. Tinggal lagi pada tim kerja pelaksana, yaitu kelompok dasawisma. Bahkan, juga sudah ditetapkan kelompok dasawisma yang memperoleh program berladang cabai itu adalah kelompok percontohan Tim Penggerak PKK bersangkutan. Masing-masing anggota dapat 10 batang bibit cabai.

Begitulah. Memang sungguh hebat sistem jaringan PKK Sumatra Barat dalam melaksanakan program berladang cabai ini. Kesimpulannya, satu anggota dasawisma hanya berusaha melaksanakan program menanam sampai menghasilkan hanya 10 batang cabai saja.

Meski terlalu sedikit jika dibandingkan dengan petani cabai profesional yang mampu berbisnis cabai 10 ribu batang, namun kita pantas mendukung program ini. Walau seorang anggota dasawisma hanya diberi kewajiban berladang 10 batang cabai saja, jelas kita tidak ingin mendengar program ini gagal nantinya.

Apapun kerja, kalau diiringi niat ikhlas dan bersungguh-sungguh, insyaallah sukses. Di sinilah diharapkan jajaran PKK dari atas sampai ke dasawisma pelaksana benar-benar serius menjalankan dengan penuh kesadaran program 'berkebun cabai 10 batang' per anggota dasawisma ini.

Sebenarnya, sudah sangat banyak program kesejahteraan untuk masyarakat. Beragam usaha dilakukan pemerintah. Namun, tidak sedikit pula dari program itu yang tidak berlanjut. Salah satu penyebabnya adalah tidak seriusnya pelaksanaan di tingkat bawah.

Kalau ditilik, mereka yang diprioritaskan mendapat beragam bantuan adalah warga dhuafa. Namun, jika tidak serius mengolah bantuan itu jadilah mereka kelompok gagal. Kegagalan itu bisa jadi disebabkan karena kemalasan. Ada yang lebih senang menerima 'tunai'. Langsung jadi, bisa beli rokok dan kopi, sambil duduk berlama-lama di warung. Mungkinkah, jumlah warga miskin di Sumatra Barat saat ini sekitar 6-7 persen dari jumlah penduduk adalah mereka yang 'permanen’ kemiskinannya?

Khusus program penanaman dan pemeliharaan 150 ribu bibit cabai yang dilaksanakan oleh 15 ribu anggota dasawisma, janganlah sampai gagal pula nantinya. Kalau gagal juga, cukup hanya 10 persen saja yang gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun