Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KPK, Manfaatkan

25 September 2017   15:04 Diperbarui: 25 September 2017   18:42 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KESENIAN tradisional Kalimantan Selatan, Madihin yang didendangkan pasangan ayah dan anak, Jhon Tralala dan Ali Said, di pendopo Balaikota Banjarmasin. (DOK. ADI BERMASA)

Madihin merupakan seni tradisional dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Setiap kali media tradisional itu ditampilkan, peminatnya selalu banyak menyaksikan. Bahkan, pendatang yang sekali-sekali berkunjung ke provinsi 'seribu sungai' itu bisa sampai tertawa ngakak mendengar dendang bersahutan yang ditampilkan dalam Madihin tersebut. Dalam suatu kunjungan ke Banjarmasin, pekan lalu, penulis sempat menyaksikan penampilan Madihin yang dibawakan pasangan ayah dan anak, Jhon Tralala dan Ali Said.

Madihin, ada yang menyebutnya sama dengan seni 'salawat dulang' di Sumatra Barat. Madihin sudah menasional, bahkan internasional. Kalau kalau ada tokoh Kalsel di luar negeri yang menggelar acara, Madihin selalu ditampilkan.

Bahkan, sudah jadi kebiasaan setiap ada acara yang sifatnya nasional di Kalimantan Selatan, maka pada acara penutupan senantiasa ditampilkan seni madihin yang dipastikan memukau hadirin.

Madihin sungguh hiburan yang menggelitik, humoris, tapi sarat kritis dan nasehat serta petunjuk kepada hadirin agar selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan tercela.

Irama Madihin yang menggelitik tidak segan-segan mengkritik pejabat yang melakukan korupsi. Bahkan, ada pula yang berkisah tentang suami-istri sudah lama tak jumpa. Tiba di rumah, suami langsung masuk kamar dan lama baru keluar berduaan dengan pasangannya.

Tidak tanggung-tanggung, kinerja Satpol PP sudah merupakan hal biasa didendangkan dalam Madihin di hadapan pejabat yang juga 'tertawa masam' mendengarnya.

Madihin juga mendendangkan pejabat yang sekali menabung Rp100 juta sampai penegak hukum yang salah mengadili terdakwa. Semuanya begitu menarik didengar.

Kritikan, bagaimanapun keras dan tajamnya, kalau disampaikan dengan seni yang indah, enak didengar, orangpun tidak marah. Itulah Madihin, yang disukai banyak pihak, bukan lagi jadi kebanggaan warga Kalimantan Selatan saja. Penggemar seni madihin ini penggemarnya tidak terbatas. Sangat pantas pula rasanya dipakai KPK untuk mendendangkan bahaya korupsi yang melanda negeri ini.

Dalam acara penutupan Konperensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) ke-9 di pendopo Balaikota Banjarmasin, pinggir sungai Martapura baru-baru ini, Madihin tampil memukau pekerja sosial yang berdatangan dari seluruh daerah di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun