"AL-Quran kodim... Wahyu minulyo,
Tanpo dinulis iso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Ang tancepake ing jero dodo..."
" Bacaan ini (Al-Quran) adalah wahyu Yang Maha Mulia,
tanpa di tulis bisa di baca
Itu adalah petuah guru yang tajam mata hatinya,
maka tancapkanlah di dalam dada"
Tanpo Dinulis Iso Diwoco
Demikianlah kutipan Syiir tanpo waton, karangan Syech Nidzam yang syiirnya begitu populer dikalangan masyarakat islam jawa terlebih setelah ternisbatkan kepada Kh.Abdurahman Wahid. Potongan syair diatas bermakna sangat dalam dimana secara singkat mencoba memberikan pencerahan kepada kita tentang filosofi Membaca.
Para pembaca sekalian sebagian besar dari kita mungkin sudah tahu dan faham betul bahwa Ayat pertama sekaligus Perintah pertama yang turun adalah Bacalah. Coba kita telaah lagi bacaan seperti apa yang kiranya dapat di baca oleh si penerima wahyu (Nabi Muhammad S.A.W) yang pada saat itu adalah seorang yang buta huruf....?. Benar sekali membaca yang dimaksudkan tidak terkungkung pada membaca huruf, karena terbukti dikemudian hari Nabi S.A.W yang buta huruf ditulis dalam sejarah sebagai pemimpin dan orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.