Mohon tunggu...
Adhi Anugroho
Adhi Anugroho Mohon Tunggu... -

Magister Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jangan Terkecoh dengan Shalat Istikharah! (Nah loh?)

15 Mei 2014   06:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:30 2221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam liga percintaan, seringkali saya terkecoh dengan yang namanya shalat istikharah. Hal ini berawal dari petuah pelatih yang menyatakan bahwa ia menemukan pasangan hidupnya melalui shalat istikharah. Teknisnya sih beliau bertemu dengan wanita cantik nan mengguggah jiwa. Lalu setelah shalat istikharah, berhasil meminangnya dengan baik. Nah, saya memegang petuah pelatih saya itu dengan khidmat. Jurusnya simpel: bertemu dengan idaman hati, shalat istikharah, jika jodoh akan jadi. Siiplah!

Walhasil saya praktikkan strategi tersebut di lapangan merah muda (maksudnya dunia persilatan cinta begitu). Dan sukseslah saya terseok-seok dalam zona degradasi! Hahaha...

Dalam liga percintaan, skor yang dibutuhkan untuk naik ke liga premier alias pernikahan adalah cukup menang sekali (dengan asumsi seumur hidup). Kalah berkali-kali dalam bertanding tidak apa, yang penting menang sekali untuk langgeng. Dan saat ini, skor saya cukup jeblok ya saudara-saudara sportmania. Dakan menggunakan strategi shalat istikharah, ya kira-kira empat kali kalah dan belum pernah menang lah hahaha...

Kekalahan pertama munculnya saat saya baru fresh turun ke lapangan pas mendekati kuartal pertama pertandingan. Ceritanya dari kawan baik jadi gebetan. Selang dua bulan nge-gebet, saya lakukan shalat istikharah. Dan hasilnya, setelah bulan ketiga nge-gebet malah ditolak. Hadeeeh... Yang menarik, pertemanan tetap berlanjut, dan malah sekarang keluarga kami masing-masing menjadi berteman dekat. Weleh.. weleh..

Lanjut!

Kekalahan kedua saya alami di pertandingan tandang. Babak satu baru bergulir sepuluh menit, tapi skor sudah 1-1 alias sama-sama suka. Berbekal chemistry awal dan rasa nyaman tersebut, maka saya coba keluarkan kepribadian saya yang sebenarnya, dengan harapan bahwa si cantik imut-imut bisa menerima saya apa adanya. Sekilas dia bisa menerima, dan hal ini membuat saya pede untuk lanjut ke shalat istikharah. Lalu apa yang terjadi ya saudara-saudara? Pertandingan berlanjut sampai overtime selama lima bulan dan berujung pada kandasnya romansa tidak jelas antara sejola dan sejoli.

Oke, di kekalahan ke-empat dimulai dengan serunya pertarungan midfield yang kemudian dilanjutkan dengan saling counter-attack melalui umpan lambung alias long distance relationship. Berbekal ketahanan hubungan jarak-jauh, maka saya lakukan shalat istikharah. Namun sayang sekali saudara-saudara, pertandingan kemudian harus berhenti pada akhir babak pertama. Hal ini dikarenakan ditutupnya lapangan pertandingan oleh aparat pemerintah alias tidak direstui oleh orang tua saya.

Kekalahan terkini muncul sebagai hasil dari pertandingan antara saya dengan penghuni klasemen bawah hasil promosi dari divisi-3, alias hubungan antara dua sejoli yang terpisahkan jurang ekonomi dan status sosial. Well, jurangnya tidak terlalu dalam sih, tapi cukup membuat ngeri lah. Keseruan pertandingan ini, tiada tara. Baik pelaga tandang maupun pelaga tandang sama-sama bersilat cinta dengan sangat ganas. Walhasil skor pertandingan kerap berubah dari 1-1 menjadi 2-2 hingga mencapai 5-5 alias sama-sama cinta mati (well, sebenarnya salah satu pihak saja sih yang cinta mati. Tapi pihak lainnya juga menyambut gayung dengan air penuh hahaha...). Berangkat dari keseruan ini, maka shalat istikharahlah saya. Dan jreng! Sang biduan mundur dari pertandingan sebelum dirazia oleh aparat pemerintah (dengan kata lain, sang wanita memilih untuk mundur daripada menghadapi orang tua calon yang dideskripsikan sebagai kereng).

So, kawan-kawan sportmania, terbukti sudah bahwa shalat istikharah justru mengkandaskan romansa. Moral ceritanya, jangan shalat istikharah untuk mencari pasangan hidup. Dijamin tidak dapat! Hahaha...

Well, kesimpulan saya sebenarnya tidak tepat sih.
Begini...
Dalam suatu majelis ilmu, saya memperoleh pemahaman bahwa shalat yang tepat dilakukan untuk mencari pasangan hidup adalah shalat hajat. Dimana setelah shalat hajat tersebut, kita meminta untuk dipertemukan dengan jodoh. Adapun shalat istrikharah lebih tepat dilakukan apabila harus memilih antara dua atau lebih pilihan yang terlihat sama baiknya. Dalam situasi tersebut, shalat istikharah akan menggiring pada tercuatnya pilihan yang lebih baik dari beberapa pilihan yang baik tersebut.

Yah, cukup sekian dulu cerita saya.
Mohon maaf atas segala kekurangan celotehan saya ini. Hahaha.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun