Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perjalanan Menuju Kota

12 Februari 2019   14:00 Diperbarui: 12 Februari 2019   14:05 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya Delia Adel Abigail

Pada ujung jarum jam kutanyakan waktu dan berdialog bahasa sepi
ada menit yang hilang
ketika detiknya sudah mulai tidak waras.

Kembali memicu debar ketika sebuah hati bicara bahasa rasa
mungkin segala pikiran buruk menyertakan nama
pada sebuah ampas pagi di secangkir kopi.

Tetapi nyatanya permainan di atas permainan masih berlogika
menyimpulkan simpulan simpulan kebenaran
atas segala usia biji kerinduan.

Apabila larut itu datang mematikan sebuah senyuman
maka bawalah serta jiwa atas jiwa sebagai bangkai
kucurkan segala resah di atas sajadah
kemudian tengok matahari
teriknya masih gemar bermain di antara tubuh-tubuh
pemenuhan dunia pasar menciptakan berbagai keramaian.

Jangan lagi merawat sesak terhampa
sebab jalan itu adalah kelalaian
bukalah segala unsur penting dalam kegunaan hidup
jabarkan dengan mata telanjang
lalu satukan raga
nikmati siklus mayapada
mengalirkan percikan indah yang paling indah dari hal yang indah-indah.

Sejuta salam menanam harapan
semoga di berkati dalam kedamaian.

Sejuta rasa menguapkan doa-doa
semoga terciptanya ciptaan yang harus di ciptakan.

Tangerang, 12 Februari 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun