Mohon tunggu...
Ade Hermawan
Ade Hermawan Mohon Tunggu... Relationship Officer -

suka travelling, suka main game dansa, food lover,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Kita Peluk Diri Sendiri dan Berhenti Menyalahkannya

30 Maret 2017   09:04 Diperbarui: 30 Maret 2017   09:26 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://csdnews.com/3-cara-berhenti-menyalahkan-diri-sendiri/

Pernah beberapa kali dalam kehidupan kita, kita merasa gagal dalam bertindak, jahat kepada orang lain, atau bahkan merasa tidak berguna dikehidupan sosial. Masa-masa seperti itu banyak membuang energi positif kita, sehingga kadang apa yang sedang kita kerjakan saat ini tidak kita jalani dengan maksimal. Pekerjaan menjadi terasa lebih berat, tugas kuliah terbengkalai, atau bahkan mengurus rumah tangga menjadi lebih sulit. Padahal, setiap harinya kita membutuhkan energi positif, agar kita menjadi pribadi yang produktif dan menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Jika saat ini kawan merasa demikian, mungkin penulis ingin berbagi cara untuk berhenti menyalahkan diri sendiri. Selain banyak hal negatif yang ditimbulkan dengan menyalahkan diri sendiri, tingkat kesehatan, stress, semangat hidup dan kepercayaan diri untuk menjadi lebih baik tentunya akan menurun. Pernah mendengar The 7 Habits of Highly Effective People?  buku yang pertama kali diterbitkan tahun 1989 dan ditulis oleh  Stephen R. Covey sepertinya dapat dijadikan acuan dan dicoba dipahami hingga dapat kita aplikasi dikehidupan kita. Tentunya dalam mengaplikasikan buku tersebut, pertama kita harus dapat membuka diri untuk masuk dalam zona ketidaknyamanan. Mengapa ketidaknyamanan? karena mungkin kita sudah terlalu terbiasa dengan menyalahkan diri sehingga ketika kita mencoba memaafkan diri dan melihat diri menjadi lebih positif, kita akan terganggu.

Didalam banyak kesempatan  Stephen R. Covey melalui The 7 Habits of Highly Effective People kita dipaksa untuk bagaimana menjadi pribadi yang pro aktif. Bukan sekedar berinisiatif dalam melakukan sesuatu saja, namun lebih menempatkan diri untuk bertanggung jawab saat ini, masa lampau dan masa yang akan datang. Kita dituntut untuk lebih membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, dan untuk tidak menyalahkan orang lain.

Mulailah untuk tidak memberikan suasana hatimu kepada orang lain, dan biarkan dirimu yang memegang kendali. Artinya kita menjadi proaktif untuk diri kita sendiri dan menjauhkan diri untuk menjadi  reaktif terhadap apa yang orang lakukan kepada kita. Berhenti juga untuk bersikap menjadi korban dalam segala hal, dengan menempatkan diri menjadi korban, biasanya kita hanya menjadi seseorang yang mudah tersinggung, cepat marah, mudah menyalahkan orang lain, dan cenderung mengeluh. Ketika kita berani mengambil langkah untuk bertanggung jawab dengan apa yang terjadi, maka kita tidak perlu terbebani jika pada akhirnya kita memang tidak bisa merubah apa yang orang lakukan kepada kita. Cukup bagaimana kita merubah diri kita terhadap orang lain. 

Menjadi proaktif memang sullit, namun membiasakan diri bukanlah hal yang mustahil. Jika langkah tersebut masih sulit menurut kawan-kawan, maka ada beberapa tips untuk berhenti menyalahkan diri. Pertama cobalah berifkir bahwa setiap manusia memiliki kekurangan. Jangan selalu kawan bertindak untuk menerima kekurangan orang lain, tapi kawan belum bisa menerima kekurangan diri sendiri. Ketahuilah bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan yang harus dimaklumi. Kedua, belajarlah untuk memperbaikinya perlahan. Jangan dipaksakan untuk cepat berubah, karena manusiawi jika manusia memiliki sifat ego, hanya tinggal bagaimana kita mengaturnya.

Terakhir penulis ingin mengajak kawan semua untuk dapat memberikan senyum terhadap apa yang terjadi. Bukan dalam artian selalu tersenyum didepan orang lain dan terkesan seperti memiliki gangguan kejiwaan, tapi bagaimana melatih untuk melihat semua masalah yang terjadi dengan lebih bijak dan dewasa. Bangkit dan sadari bahwa diri kita ini masih berharga bagi orang lain, karena setiitik kebaikan yang  kita berikan kepada orang lain sesungguhnya adalah sebuah kemuliaan. Membiasakan untuk menjadi proaktif atas diri kita sendiri dan melihat dunia dengan berbagai kacamata, akan menumbuhkan kedewasan dalam diri kita sendiri.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun