Mohon tunggu...
Ade Darma
Ade Darma Mohon Tunggu... wiraswasta -

Wira Usahawan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Misteri "Habis Gelap Terbitlah Terang" RA Kartini

22 April 2013   08:31 Diperbarui: 4 April 2017   18:02 18388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selama ini kita mengenal buku “ Habis Gelap Terbitlah Terang” (Door Duisternis Toot Licht.”) yang diterjemahkan oleh Armyn Pane dari kumpulan surat-surat Kartini kepada Ny. Abendanon di negeri Belanda. Banyak yang memaknai bahwa judul ini mewakili curhat Kartini yang menyemangati kaum perempuan di Indonesia untuk meraih kebebasan. Sesungguhnya judul buku tersebut tidak hanya dalam konteks emansipasi perempuan tetapi, memperjuangkan hak bangsa Indonesia untuk memperoleh kemandirian.

Untuk lebih memahaminya, marilah kita ikuti kronologi sejarah yg sesungguhnya didukung oleh dialog dalam surat menyurat Kartini berikut:

Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;

Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?

Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.

Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.

Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?

RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.

Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.

Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.

Hingga kartini bertemu dengan Kyai Sholeh Darat saat mengikuti pengajian di rumah pamannya yang menjadi Bupati Di Demak. Saat itu Kyai Sholeh Darat mengajarkan tafsir surat Al Fatihah. Rupanya Kartini sangat terpesona dengan uraian Kyai Sholeh Darat (Mbah Sholeh), karena selama ini gelap baginya makna dari ayat-ayat suci Al Quran. Padahal kalu kita simak surat-surat Kartini mengggambarkan bahwa ia adalah seorang yang intelek, kritis, dan rasional.

Berikut dialog dengan Kyai Soleh Darat:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun