Mohon tunggu...
Adam Perdana
Adam Perdana Mohon Tunggu... lainnya -

Saya menulis, maka saya Eksis. www.facebook.com/AdamPerdana007

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ojek Liar - Brmm Brmm Brmm

29 April 2016   18:29 Diperbarui: 29 April 2016   18:34 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cheetah /Pravda.Ru

Jam tanganku menunjukkan telah lewat beberapa menit dari pukul 22.00, waktu dimana orang-orang keluar dari mal itu. Karyawan, pengunjung, dan orang yang berbelanja bercampur baur hendak pulang. Mungkin ada beberapa yang masih ingin bepergian ke tempat lain. Dekat gerbang keluar, tukang ojek yang mangkal memanggil-manggil orang-orang itu. Bukan hanya tukang ojek, supir angkot dan supir taksi berharap-harap, bisa mendapat rupiah dari gerombolan orang itu. Yang paling agresif dan lincah tentu saja tukang ojek. Mereka bisa kesana-kemari mencari penumpang, bahkan ada yang sudah stand-by di pintu masuk mal, mengincar target mereka. Supir taksi dan supir angkot lebih senang menunggu dekat mobil mereka. Yang paling santai menanti calon penumpang sepertinya supir taksi, mungkin mereka jaga image, tapi memang mereka tak perlu berebut penumpang. Jumlah taksi yang mangkal tak seberapa, persaingan tak terlalu ketat. Mereka juga dilengkapi radio komunikasi yang memudahkan untuk mendapat penumpang dari tempat lain.

Aku adalah satu dari sekian banyak tukang ojek yang menanti penumpang. Syukurlah Aku tak perlu teriak-teriak memanggil calon penumpang, karena sudah ada pelangganku di mal ini yang malam ini akan kuantar. Seorang wanita muda yang bekerja di sebuah toko dalam mal ini. Wanita itu adalah pelanggan terakhirku, setelah mengantarnya Aku menyudahi pekerjaanku hari ini sebagai tukang ojek. Lalu lalang dengan motor jelang tengah malam sangat beresiko. Begal masih jadi momok menakutkan, khususnya bagi pengendara motor.

Perjalanan malam ini rasanya agak berbeda. Tadi sore sampai jelang magrib hujan turun cukup lebat. Udara malam ini jadi lebih dingin. Puput yang tak pakai jaket agak merapatkan tubuhnya, mungkin kedinginan. Aku melambatkan laju motor, lalu bertanya padanya:


 "Dingin ya mbak? Kita pelan-pelan aja"
 "Ga juga sih"
 "Lain kali bawa aja jaket mbak, buat jaga-jaga kalau hujan atau dingin"
 "Iya mas."
 Ada keheningan yang terasa janggal setelahnya. Puput memecah kebekuan itu dan membuatku kembali fokus terhadap tugasku.
 "Mas kita mampir bentar di Gorengan Parto ya"

Malam ini Aku dapat bonus gorengan dari Puput. Katanya penjualan di toko sepatu tempatnya bekerja sedang bagus. Tak biasanya, tapi lumayanlah, dingin-dingin seperti malam ini pasti enak makan gorengan. Dalam perjalanan pulang menuju tempat kosku, waktu jadi terasa lambat. Aku biasanya melaju dengan kecepatan 40 km/jam kalau mau pulang. Tapi malam ini Aku ingin perjalanan pulang yang lebih santai. Dengan pelan tapi pasti kuarahkan kendaraanku, sambil menghirup udara malam ini yang sejuk dan terasa segar.

***

Ada dua jenis tukang ojek yang diketahui orang banyak saat ini. Ojek pangkalan dan ojek online. Di TV, koran, dan internet, kedua ojek itu sering diberitakan sekarang. Tentu karena kemunculan ojek online yang cukup menghebohkan. Ojek pangkalan yang merasa terancam kehilangan lahan memberi perlawanan, dengan cara yang mereka bisa, secara fisik. Aku tak termasuk dalam dua golongan ojek itu. Keberadaanku tak begitu diperhatikan, tapi itulah yang kuinginkan. Aku cukup tahu diri, tak berebut penumpang dengan dua golongan ojek itu. Sebenarnya Aku lebih suka menyebut diriku sebagai ojek keliling, tapi ketika berhadapan dengan kenyataan di jalan, sebutan yang layak bagiku adalah...Ojek Liar.

Kata liar dalam bahasa Indonesia lebih sering bermakna kurang baik. Misalnya saja, wanita liar, balap liar, bangunan liar, dan sebagainya. Tapi Aku yakin, apa yang kulakukan demi mencari nafkah ini tak termasuk haram. Setidaknya begitu. Kalau status hukumnya, mungkin masih dipertanyakan. Bahkan ojek pangkalan dan ojek online belum sepenuhnya diakui legalitasnya.

Bersaing dengan ojek pangkalan dan ojek online membuatku harus bekerja lebih keras dan juga lebih cerdas. Karena Aku tak punya tempat mangkal, jadi penumpang yang kudapat hampir semuanya dari jalanan. Ada juga beberapa lokasi yang masih steril dari pangkalan ojek, biasanya di komplek perkantoran atau pusat perbelanjaan. Untuk mangkal di tempat itu pun tak bisa seenaknya, bisa bisa disemprot sekuriti. Mengenai pelayanan, Aku harus ramah pada setiap penumpang. Helm untuk penumpang juga kujaga agar bersih dan layak pakai. Aku juga menerapkan beberapa strategi supaya mendapat penumpang. Salah satunya adalah melakukan sweeping calon penumpang di waktu dan jalur yang tepat. Waktu terbaik biasanya ketika banyak orang hendak bepergian atau pulang dari tempat aktifitasnya. Aku juga aktif menawarkan nomor kontakku untuk penumpang yang potensial dijadikan pelanggan. Satu lagi yang paling penting dan harus kuingat: Jangan ambil penumpang di lokasi dekat pangkalan ojek! Tak perlu kujelaskan apa akibatnya. Sudah banyak berita-berita mengenai ojek pangkalan yang bentrok dengan ojek online gara-gara berebut penumpang.

Tapi pada waktu tertentu, kadang pangkalan ojek tak ada tukang ojeknya. Penumpang yang stand-by di sana bisa kuambil. Pastinya Aku harus perhatikan dulu, ada atau tidak ojek pangkalan di sekitarnya. Pernah sekali Aku menaikkan penumpang sekitar 30 meter dari sebuah pangkalan ojek yang sedang ramai tukang ojeknya. Waktu itu Aku merasa berhak mendapat penumpang itu. Kulirik sekilas ke belakang, para tukang ojek itu hanya memandangiku, lalu kulajukan motor dengan segera. Tapi sesudah menerima ongkos dari penumpang itu, Aku jadi merasa bersalah. Aku merasa tak berhak dengan uang itu. Akhirnya kusumbangkan ongkos itu ke sebuah badan amal. Jika sudah merasa lelah biasanya Aku ngetem di lokasi yang ramai tapi tak ada pangkalan ojeknya. Taman-taman kota yang rindang juga jadi tempat favoritku untuk ngetem, karena di sana Aku bisa sekalian istirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun