Mohon tunggu...
Adam Perdana
Adam Perdana Mohon Tunggu... lainnya -

Saya menulis, maka saya Eksis. www.facebook.com/AdamPerdana007

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] BlackBerry Bekas Seorang Penulis Amatir

10 Maret 2017   21:50 Diperbarui: 10 Maret 2017   22:15 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BlackBerry Gemini White © RIM/BlackBerry

"Ini zamannya Android, bukan BlackBerry, apalagi Nokia!" tegasku dalam hati. Namun di parkiran warnet ini Aku masih ragu, jadi atau tidak membeli BlackBerry itu?

 Baru saja Aku browsing di warnet untuk meyakinkan diri sendiri, apakah Blackberry itu layak kumiliki? Harga di internet lebih murah sedikit dibanding harga di konter. Ada toko online terpercaya yang langsung kasih harga pas 340 ribu, ditambah ongkos kirim sekitar 30 ribu. Di konter harga matinya 400 ribu. Dan seandainya nanti HP itu bermasalah, pasti lebih mudah mengurusnya ke konter. Kalau beli online memang lebih murah. Sedikit. Tapi bagaimana kalau nanti HP itu bermasalah? Kalau soal harga Aku sudah yakin beli di konter saja. Kalau soal kualitas barang, itu yang paling meragukanku.

 "Ini barangnya rekondisi mas" begitu kata karyawan konter tadi. Kata-kata itulah yang membuatku ragu dan keluar dari konter, menunda niatku membeli BlackBerry lalu mencari informasi lebih banyak di warnet. Ringkasnya, setelah baca-baca di internet, yang dimaksud barang rekondisi adalah barang yang sudah pernah dipakai, lalu dikondisikan seperti barang baru untuk dijual lagi. Barang bekas? Ya bisa dibilang begitu. Tapi karyawan konter tadi menambahkan, bahwa BlackBerry itu memiliki garansi jika ada kerusakan. Walaupun hanya garansi toko, itu sudah cukup meyakinkanku. Bahkan Apple yang membuat iPhone juga melakukannya. Mereka menjual lagi iPhone yang pernah bermasalah yang dikembalikan pembeli, tentunya setelah masalah tersebut diatasi. Proses yang disebut refubrished itu dilakukan oleh teknisi iPhone sendiri, bukan teknisi sembarangan. Dan mereka jujur pada konsumen, barang yang telah melalui proses refubrished yang sering disebut barang rekondisi, dikemas berbeda dengan barang yang baru. Harganya pasti juga beda, jauh lebih murah dibanding barang baru.

 Dan Aku sudah putuskan sekarang. Kubelokkan motor ke arah kanan menuju konter tadi. BlackBerry itu akan kubeli, dengan 400 ribu dibayar tunai.

 ***

 Aku memasuki konter ini untuk kedua kalinya. Dan Aku langsung berkata pada karyawan tadi:
 "Mbak, kalau ada kerusakan ada garansinya kan?"

 "Ada mas. Kalau dalam tiga hari ada masalah, kita bisa usahakan ganti dengan yang baru. Tapi kalau sudah lewat tiga hari, kita cuman bisa bantu servis gratis."

 Aku mengeluarkan empat lembar uang bergambar Soekarno-Hatta dari dompetku, menyerahkannya pada karyawan itu dan berkata:
 "Oke mbak, coba di-cek dulu!"

 Perempuan itu mengambil sebuah kotak berwarna hitam yang dipajang di etalase kaca. Setelah kotak itu dibuka, dikeluarkannya sebuah BlackBerry Gemini putih. Baterainya lalu dipasang dan BlackBerry itu menyala. Cukup lama rasanya menanti BlackBerry itu loading. Sabar, BlackBerry itu akan pulang dalam genggamanku. Dalam kotak itu ada cas yang kabelnya bisa dipakai untuk kabel data, lalu ada headset, dan kartu garansi. Tak ada buku petunjuk ataupun CD aplikasi bawaan. Maklum saja, namanya barang rekondisi.

 Setelah mengecek headset, cas, dan melakukan tes panggilan, karyawan konter menyerahkan BlackBerry Gemini itu padaku. Aku memperhatikan lebih teliti, casing-nya masih mulus dan dilapisi plastik, tapi cover baterainya sedikit renggang. Sepertinya bukan cover asli. Tombol Qwerty-nya terasa longgar, tapi cukup empuk ditekan. Bukan tak mungkin bahwa BlackBerry yang kugenggam ini sudah dipreteli sparepart aslinya, apakah itu baterainya, casing, tombol, dan lain-lain. Tapi secara keseluruhan, Aku merasa BlackBerry ini layak pakai.

 Sebenarnya Aku ingin lebih lama lagi di konter, untuk mengecek semua fitur BlackBerry ini. Tapi berhubung karyawan tadi harus melayani pengunjung lain, Aku pun beranjak pergi dari konter....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun