Ancaman teroris di Negara ini semakin nyata, bahkan Belum lama ini kita digemparkan dengan aksi teror di Polda Sumut yang menewaskan satu anggota polisi (Detik.com 25/06). Kejadian ini sangat melukai hati umat islam terlebih lagi penulis, mengingat pada hari tersebut merupakan hari sakral karena bertepatan dengan hari raya idul fitri yang notabene kembali dengan penuh kesucian namun bagi para pelaku dan antek-anteknya malah terbalik 180 derajat dengan tidak bermaksud mengkerdilkan dan pendiskreditan, mengingat tindakannya sangat bertentangan dengan norma agama dan KUHP yang berlaku dinegeri ini.
Kejadian tersebut menjadi potret bahwa para teroris tidak akan mengenal waktu dan dimana ia harus bertindak, melainkan pada celah untuk menjadi mangsa empuk dalam melancarkan aksi-aksi radikalnya. Bayangkan saja jika kita tetap memberi celah bukan hal musthil para teroris akan seperti jamur dimusim penghujan yang akan bertebaran dimana-dimana.
Hal ini mengingat jaringan dan pergerakan dalam kontek aksi radikal yang dilakukan para pelaku teror seperti tumbuhan bertunas yang sekali tumbang masih menyisakan tunas-tunas baru yang terus tumbuh dan menyerukan aksi kekerasan.
Tindakan keji dan tidak manusiawi seperti yang  telah terjadi di Polda Sumut, menjadi refleksi maupun representatif bahwa segala upaya yang telah dilakukan setiap pemangku kepentingan wajib mutlak hukumnya pelibatan secara partisipasi aktif masyarakat, khususnya dalam tataran pencegahan.
Partisipasi aktif ini dalam khazanah keilmuan dikenal dengan partisipatory rural appraisal (PRA), maksudnya adalah metode yang memungkinkan masyarakat untuk saling berbagi, meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi kehidupan disekitarnya (Chamber, 1996), dengan hal tersebut dapat memetakan potensi, baik hal yang mengarah pada hal positif maupun negatif.Â
Dengan demikian, melihat potensi yang terjadi sekarang terkait aksi-aksi teror, maka penanganan ini bukan hanya oleh Polri, densus 88, BIN dan untuk mereka melainkan segenap bangsa Indonesia dengan  cara pelibatan secara penuh tanpa pamrih untuk terus menjaga kedamaian dan keeleganan yang dibingkai dalam ke bhinekaan.
Sangat ideal sekali jika ini bisa terwujud karena dengan cara berjuang bersama, baik dengan cara di gebuk atau cara lainnya yang sekiranya membuat para teroris dan anteknya keok tak berdaya. Gebuk dalam artian disini bukan kita tangkap terus sikat, tidak. Sekali lagi tidak !!!, tetapi interpretasi gebuk disini adalah upaya tegas dari semua stakeholder dan masyarakat  dengan caranya masing-masing yang dapat menjadi kekondusifan bersama.
Terakhir, sebagai penekanan mari kita dukung bersama untuk para aparat penegak dan penjaga kedamaian di negeri ini, untuk terus menjaga eksistensi negara ini dari berbagai ancaman khususnya terorisme yang lagi nyata dan selalu menghantui kita tentunya.
KHAIRUL ANAM
Penggiat Sosial Lentera Huma Berhati