Mohon tunggu...
Ach. Nurcholis Majid .
Ach. Nurcholis Majid . Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

penikmat kata, selebihnya mimpi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saat Jatuh (dari) Cinta

3 Desember 2011   17:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku      : Jatuh dari Cinta Penulis              : Benny Arnas Penerbit           : PT Grafindo Pratama Cetakan             : I, Mei 2011 Tebal                  : 216 halaman

Mungkin dunia memang hanya selebar daun kelor, bundar seperti bola kaki, atau lebih luas lagi seperti bumi yang kita pijaki. Itulah mungkin sebabnya, setiap dua orang yang saling mencintai berpapasan dalam satu poros, maka salah satunya harus tergelincir, jatuh.

Cinta, sejatinya adalah suatu keperkasaan, ia adalah kitab suci dengan halaman tanpa batas. Setiap terbuka satu halaman, halaman menanti untuk dibaca dan ditafsirkan ke dalam bentuk romantisme yang beragam. Setidaknya itu yang tergambar dalam cerpen “Kepada Pengantin Baru” di halaman terakhir buku ini.

Buku ketiga Benny Arnas dengan lima belas cerpen dan satu kisah kreatif ini, seperti menjadi penanda bagi romantisisme modern. Setiap tema yang dikisahkan Benny selalu menemukan ruang dalam hati saya. Setidaknya Jatuh dari Cinta membuat saya terkagum dan berusaha merayu untuk tidak terburu-buru menuntaskan paragraf demi paragraf.

Benny sukses membawa saya pada sebuah tesis, bahwa cinta selalu bersifat “paradoks”. Karenanya, setiap orang yang berusaha mencinta atau sedang dalam teritory cinta, akan selalu dimintai suatu pengorbanan. Sesuai dengan tulisan di sampul belakang buku, bahwa cinta dalam Jatuh dari Cinta adalah penantian yang merah marun, perjumpaan mendebarkan, pertautan membebaskan. Tapi di sisi lain, ia pun bisa berupa obsesi picisan yang tanggung, impian sumir yang terjungkal di ujungnya, perasaan yang berkepanjangan.

Cacatan singkat tersebut, seperti mewakili tema dan amanat yang ingin disampaikan oleh kisah-kisah yang berada di dalam buku berukuran saku ini. Natnitnole misalnya, cerpen ini mengisahkan tentang seorang istri yang begitu setia, sabar dan penuh perhatian kepada suaminya yang bertindak sebaliknya. Kesetiaan itu membuat sang istri tidak memiliki rasa amarah walau terus diselingkuhi dan dikasari, bahkan di saat ia sudah tidak berstatus istri, perempuan itu tetap memelihara rasa cintanya, semakin disakiti, semakin terasa cintanya.

Rasa bingung dan cemas membuat lelaki dua anak itu kembali mengais kenangan masa SMA. Bahwa pada remaja itulah dia pernah menggunakan guna-guna untuk meluluhkan hati sang istri, wanita jelita yang pernah membuatnya tergila-gila. Natnitnole kemudian lebih diperjelas dengan paragraf terakhir, Natnitnole adalah nama bunga yang selalu jatuh berserakan di taman-taman kota Hatna Hatnareb saban pagi. Orang-orang yang lalu-lalang di jalan setapak taman bagai bersicepat menginjaknya. Makin remuk mahkota dan kelopaknya, makin menyebarlah bau-bau harum yang bersumber dari kotak sarinya yang pecah.

Cerpen Natnitnole seperti ingin menjadi kunci pembuka bagi cerpen-cerpen selanjutnya, diksi yang diambilnya terus memperkuat bangunan cerita tutur melayu ini. Dalam cerpen di halaman pertama ini, logika narasi Benny pun sangat terjaga. Ketika salah seorang anak bertanya perihal rasa iri tetangga pada kehidupan keluarganya, perempuan yang disebut Mama menjawab enteng “Mereka iri karena Mama memiliki Papa yang begitu Mama cintai; Papa memiliki Mama yang begitu mencintainya” kalimat ini cukup membuat setiap pembaca berpikir tentang cinta.

Jika Natnitnole adalah anak kunci, maka cerpen “Bumi itu Bulat, Cinta” adalah pintu pertama yang menyodorkan kisah fantastis. Inilah mungkin yang dimaksudkan Benny, penantian yang merah marun, atau inilah pengharapan yang memabukkan.

Bumi itu Bulat, Cinta, berupaya menampilkan keparadoksalan cinta. Upaya ini entah disadari atau tidak telah menjadi ruh bagi keseluruhan cerita yang ada di dalam buku ini. Hampir tidak ada kisah cinta yang kebahagiaannya sempurna tanpa kesedihan, bahkan dalam cerpen yang bertajuk “Keluarga Sempurna”.

Keluarga yang sempurna dan serba berkecukupan pun, bisa jadi memiliki ketidaksempurnaan. Keluarga Sempurna, ingin menjelaskan bahwa kesempurnaan itu perlu dirawat dan sesekali dibuat goyah, agar mampu melihat seberapa kokoh bahtera keluarga itu dijalani. Keluarga sempurna tanpa celah dan riak, mungkin adalah mimpi semua orang, tetapi mimpi itu menjadi tidak baik jika dijalani dalam kehidupan nyata. Pertengkaran-pertengkaran kecil juga dibutuhkan dalam bahtera keluarga, demi menguatkan rasa cinta.

Ektase, yang dalam ilmu psikologi merupakan tingkatan abnormal perasaan, bisa jadi merupakan suatu hal yang niscaya, tetapi di sisi lain perlu keberhati-hatian. Karena jika tidak demikian, maka bisa jadi Jatuh dari Cinta akan segera dirasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun