Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Well Schooled Tidak Berarti Well Educated

1 Agustus 2016   11:49 Diperbarui: 1 Agustus 2016   12:01 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Well educated | Ilustrasi: http://media.tumblr.com

Judul di atas sengaja saya pinjam dari Harry Santoso, penulis buku Fitrah Based Education, dalam salah ungkapannya saat menanggapi ramainya pemberitaan Awkarin di media sosial. Tulisan ini tidak hendak memperpanjang “Bab Awkarin” dengan sepak terjangnya yang menyedot perhatian publik itu.

Saya menangkap kesedihan, kecemasan, keprihatinan seperti dipaparkan Kang Harry dalam tulisannya yang menyoal bahwa keterampilan dan kreativitas abad 21 itu perlu dibarengi pemberdayaan fitrah.

Kita justru merasa perlu belajar dari generasi digital, anak-anak kita, betapa mereka memiliki kecerdasan, semangat membangun jaringan, adaptasi yang sangat tinggi terhadap laju perkembangan teknologi. Semakin jelas di mata kita bahwa mereka memang generasi masa depan, penghuni garis cakrawala, yang tidak setiap orangtua bisa menggambarnya.

Anak-anak itu mudah menyerap sekaligus mudah diserap teknologi. Bahkan putri seorang kawan dengan tegas menyatakan, “Aku tidak butuh sekolah karena aku punya Google.” Pernyataan dari siswi SMA yang tak diduga bahkan oleh ibunya sendiri. Namun, hal itu tidak membuat sang ibu panik. Kawan saya menyadari sepenuhnya, zaman bergerak cepat bersama konsekwensi pola asuh yang juga harus terus berbenah.

Perubahan zaman tidak nihil dari sampah-sampah. Pola asuh dan pola pendidikan tidak bisa mengisolir anak dari sampah zaman. Tembok yang dibangun tinggi-tinggi untuk melindungi anak-anak tidak selamanya kuat menahan banjir bandang arus teknologi yang mengusung sampah.

Imunitas yang disuntikkan oleh sekolah bertahan paling lama tiga tahun. Selama tiga tahun bersekolah anak mungkin terlihat patut dan penurut. Jangan berbangga hati dulu. Tetaplah waspada, walaupun untuk itu kita tidak harus menjadi malaikat yang mengawasinya selama 24 jam penuh.

Belajar dari prestasi yang pernah diraih Awkarin, gadis berusia 19 tahun itu memiliki otak yang encer. Memiliki anak peraih nilai sempurna pelajaran Matematika pada Ujian Nasional tentu menjadi impian para orangtua. Masa depan cemerlang seketika membayang depan mata. Apalagi dengan nilai sempurna itu bersekolah di SMA favorit hampir pasti terkabul. Tiket untuk menjadi “orang besar” di kemudian hari sudah di tangan.

Mindset orangtua terhadap pendidikan menjadi kuncinya—kelak anak menjadi “orang besar” yang benar ataukah “orang-orangan” yang besar? Persoalannya adalah bagaimana mindset orangtua memandang dan memperlakukan pendidikan buat anaknya? Apakah orangtua masih dikuasai oleh mindset bahwa sekolah merupakan satu-satunya jalan pendidikan dengan nilai pelajaran yang sempurna sebagai andalan meraih sukses masa depan, ataukah sekolah menjadi salah satu dari tujuh ekosistem pendidikan, yang menurut Anies Baswedan perlu saling bersinergi?

Apakah orangtua dikekang oleh tuntutan bahwa anak harus menguasai semua pelajaran sekolah sehingga anak menjadi cepat lebih tua karena memikul beban yang seharusnya tidak perlu dipikul, ataukah orangtua bisa menakar secara adil dan bijaksana beban pelajaran yang perlu dikuasai anak?

Lalu, bagaimana pula dengan peran dan fungsi sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan? Apakah sekolah justru mengukuhkan sindrom persekolahan bahwa masa depan pasti dicapai apabila siswa memperoleh layanan well schooled, ataukah sekolah menyadari bahwa yang mendesak untuk diberikan kepada siswa adalah well educated? Sanggupkah sekolah memilah dan memilih dengan akurasi yang cukup tinggi untuk menyadari bahwa selama ini yang diupayakan masih terbatas pada well schooled?

Sementara data dan fakta menyatakan siswa sangat-sangat memerlukan well educated, seperti dinyatakan oleh Mas (Mantan) Menteri bahwa Indonesia gawat darurat pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun