Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makar Sengkuni

22 Maret 2018   15:58 Diperbarui: 22 Maret 2018   18:50 1969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://wayangku.id/lakon-pewayangan-arya-sengkuni-arya-sakuni/

SERUPA blencong, matahari yang tengah memamerkan sosoknya dari balik bentangan bukit timur kembali membuka kisah baru tentang kehidupan. Kisah baru yang sesungguhnya pengulangan-pengulangan kisah lama. Berputar layaknya zin-yang. Lingkaran hitam-putih yang mengelabu hingga tak terlacak pandangan mata wadhag di mana batas keduanya. Kejahatan dan kebajikan yang dibenarkan menurut dasar kepentingan.

Matahari telah melampaui puncak pepohonan. Tanpa sepengetahuan Korawa, Sengkuni menerima kehadiran beberapa petinggi Astina -- Durna, Bisma, dan Salya -- di rumahnya yang semegah istana di bilangan Plasajenar. Sesudah kembul bujana, mereka dibawa Sengkuni memasuki salah satu ruangan di rumah itu. Mereka menduduki setiap kursi yang mengelilingi meja bundar.

"Terima kasih aku ucapkan atas kehadiran Paman Bisma, Kakang Salya, dan Kakang Durna." Sengkuni membuka pembicaraan. "Satu hal terpenting yang ingin aku sampaikan perlunya membahas ulang tentang rencana Korawa untuk menyerahkan bumi Astina pada Pandawa."

"Sengkuni!" Bisma yang selalu membalut tubuhnya dengan jubah putih itu berkata lantang. "Rencana Korawa untuk menyerahkan bumi Astina pada Pandawa telah disepakati dalam pertemuan agung. Kesepakatan itu tak hanya datang dari Ananda Drestarastra dan Cucunda Doryudana, namun juga dari kita. Kenapa kita masih ingin membahasnya lagi?"

"Kalau bumi Astina diserahkan oleh Korawa pada Pandawa, lantas bagaimana dengan kedudukan kita?"

"Pertanyaanmu salah, Adhi Sengkuni!" Salya angkat bicara. "Bukankah kau tengah mengawatirkan kedudukanmu sebagai patih yang dipastikan terguling, bila Korawa menyerahkan bumi Astina pada Pandawa?"

"Ehm.... Benar, Kakang Salya!"

"Jadi...." Durna terperangah. "Adhi Sengkuni mengundang kami ini hanya untuk mendukungmu agar tetap langgeng sebagai patih Astina?"

"Tepat, Kakang Durna."

"Kalau itu yang menjadi tujuan Adhi Sengkuni, aku tak mendukung."

"Aku juga tidak," kata Salya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun