Mohon tunggu...
Abu Ga
Abu Ga Mohon Tunggu... lainnya -

take it easy, make it simple and life is beautiful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi Pesawat, Lain Negara Lain Solusi ..........

9 Mei 2011   10:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lagi lagi media kita dihiasi dengan berita jatuhnya pesawat Merpati yang jatuh di wilayah Papua. Apapaun sebaba musabab jatuhnya peswat kecelakaan ini akan menjadi berita besar baik tingkat nasionla, regionla, dan internasional. Setiap organisasi dan negara akan mengambil sikap yang berbeda atas kejadian ini. Di negeri kita kejadian jatuhnya pesawat terbang berkali-kali tetapi tidak memberi pelajaran apapun untuk mengambil langkah-langkah ke depan terutama yang berhubungan dengan keselamatan penerbangan. Semakin maju index negara semakin konsen pada keselamatan warganya. Itulah kenapa kita tidak heran insiden jatuhnya pesawat terbang negara didominasi olah negera- negera yang menerapkan keselamatan sangat rendah, teledor, tidak disiplin dan tingkat korupsinya sangat tinggi. Ya kejadiannya lehih sering pada negara dunia ketiga atau negara kismin menurut istilah Madidi Musyawaroh orang terlanjur kaya versi Islam KTP-SCTV. Ini keyakinan saya meskipun saya tidak mempunyai statistik sebagai pendukung. Sebagai ilustrasi saya mencontohkan kejadian di Qatar. Sebuah perusahaan penyedia layanan helikopter mengalami insident yaitu pecahnya tail rotor (rotor belakang). Untung saja kejadiannya pesawat masih grounded alias di heliport. Bisa dibayangkan kalau kejadiannya di udara, pesawat bisa oleng dan jatuh. Atas kejadian itu helikopter sejenis di grounded. Tim investigasi gabungan yang terdiri dari produsen helikopter, perusahaan penyedia layanan jasa helikopter, pengguna jasa (perusahaan minyak) dan badan keselamatan nasional melakukan investigasi dan audit. Diperlukan waktu seminggu untuk memastikan bahwa pesawat sejenis layak terbang. Imbas dari kejadian ini pekerja minyak lepas pantai harus bersusah payah naik kapal laut selama berjam-jam menuju tempat kerja. Demi melindungi  keselamatan karyawan maka tindakan pencegahan harus dilakukan semaksimal mungkin. Bagi perusahaan bonafid karyawan adalah aset yang berharag. Dibutuhkan beribu2 dollar untuk mentraining karyawan yang cakap menjalankan tugasnya. Lalu bagaimana dengan kejadian di negeri kita. Sudahkah pesawat Merpati Made In China sejenis diaudit secara menyeluruh dan melibatkan semua pihak? Entahlah. Kalau menyimak pernyataan Meneg BUMN bahwa pesawat sejenis masih akan diperasikan maka masih sangat disangsikan. Kalaupun pihak - pihak yang terkait  tidak melakukan tindakan preventif yang memadai sangat dimaklumi. Di negara kita harga nyawa sangat murah. Bagi Jasa Raharja harga nyawa hanya 50 juta rupiah. Selain itu di negeri nusantara rakyat bukanlah aset yang berharga sehingga tidak perlu dilindung secara berlebihan. Have a nice flight see you there.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun