Mohon tunggu...
Abu Aman
Abu Aman Mohon Tunggu... Penulis - Kedai Diksi

Tidak ingin dilupakan oleh orang. Tapi sayang, tidak berani mengucapkan hanya bisa memperhatikan sampai terdalam. Setidaknya catatan sebagai jalan mengatakan, kalau kalian adalah beberapa alasan untuk tetap berjuang meski harus sendirian. Penulis bisa disapa di kedai yang dirawarnya instagram @kedai_diksi. Kalau kehidupannya sering diabadikan di instagram @abuamansyach. Tidak lupa di Blog yang dijaga https://kedai-diksi.blogspot.com/. Untuk selanjutnya Penulis sering membuang sesuatu di akun fecebook Abu Amansyach.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selendang Mujahid Rohingnya

6 September 2017   09:01 Diperbarui: 6 September 2017   09:11 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (aljazeera.com)

Sulaman sutra tidak lagi halus

Emas dan permata sudah hiasan belakang

Menjadi manusia menafikan nurani

Tanpa kekayaan yang tak dikasih

Ribuan air mata telah berjatuhan

Di tanah Myanmar ada hitam darah

Ada suara bayi mengatakan kejujuran

Mengalir air mata lewat cekungan muka

Jeritan keras bagai harimau yang mengamuk

Mencabik-cabik nyawa tak berdosa

Memisahkan anak dengan ibu dan bapaknya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun