Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menutup Idulfitri dengan Tradisi Pukul Menyapu

13 Juni 2019   00:51 Diperbarui: 13 Juni 2019   00:54 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: serambimaluku.com

Warga Desa Mamala dan Desa Morella di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, merayakan penutupan Idul Fitri dengan melakukan tradisi atraksi Pukul Menyapu atau Bakupukul Menyapu.
Tradisi yang unik, seruh dan ekstrem ini, turut memikat banyak wisatawan local dan mancanegara. dan Pukul Menyapu merupakan icon wisata budaya di Maluku.

Pukul menyapu berlansung pada setiap 7 syawal( Penanggalan Islam ) dicetuskan oleh salah seorang tokoh muslim Maluku, Iman Tuni, pada abad ke- 17 silam.

Pukul Menyapu juga merupakan pertunjukan dari perayaan keberhasilan pembangunan masjid yang selesai dibangun 7 syawal setelah idul fitri.

Menurut sejarah tradisi Pukul Menyapu awal mulanya berasal dari Kapiten Telukabbessy beserta pasukan yang berperang melawan penjajahan VOC pada abad 16 silam.

Pukul Menyapu Tradisi Unik di Maluku, Sumber: SinarHarapan.Net
Pukul Menyapu Tradisi Unik di Maluku, Sumber: SinarHarapan.Net

Diceritakan Telukabessy beserta rombongan bertempur untuk mempertahankan Benteng Kapapaha.
Dalam pertempuran yang sengit Telukabessy beserta rombongan kalah dari VOC.

Untuk menyesali kekalahan yang diperoleh, diambilah lidi pohon enau dan dicambuk antar sesama pasukan sampai berdarah-darah.

Tradisi Pukul Menyapu juga menjadi alat pemersatu antara dua desa yakni: Desa Mamala dan Desa Morella. Pementasan yang dilakukan begitu ekstrem ternyata bagi kedua desa itu merupakan pengukuhan persaudaran antar sesama.

Dalam tradisi pukul menyapu, pemuda-pemuda yang terlibat terbagi antar dua kelompok. Yang satu pakai celana merah dan satunya lagi pakai celana putih. Ini adalah penanda bila di lapangan antar dua kelompok.

Area badan dan perut merupakan tempat pemukulan, tidak boleh keluar dari yang sudah ditetapkan. Beberapa lidi pohon enau yang di ikat menjadi senjata yang dipegan masing-masing orang disetiap kelompok.

Bagi yang menyaksikan hanya darah dan luka yang terlihat. Tapi bagi mereka tidak. Sungguh luar biasa. Bagaimana tidak lidi enau ukuran 1,5 meter di bentangkan ke dada dan perut hingga terbasu luka dan berceceran darah.

Luka-luka yang diterima setelah selesai atraksi kemudian di obati dengan getah daun Jarak. Dipercayakan oleh masyarakat sekitar kalau getah daun Jarak ampuh untuk menyembuhkan luka akibat Pukul Menyapu. Wow!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun