Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kaesang

1 Januari 2016   23:49 Diperbarui: 1 Maret 2016   15:02 2347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kaesang diapit oleh ayah dan ibunya. (Sumber foto: showbiz.liputan6.com)"][/caption]Kaesang, ini nama anaknya Jokowi, presiden kita. Nama panjangnya Kaesang Pangarep. Saya tak tahu apakah itu namanya di akte lahir atau bukan. Tapi apalah arti sebuah nama, yang menyematkan nama itu Bapaknya, tak ada request dari Kaesang saat dia mbrojol di muka bumi ini. Anak-anak lahir memang tak punya pilihan maunya dikasi nama apa. Termasuk saya, saya tak bisa protes dengan nama pemberian orang tua saya. Semua anak pasrah dengan pemberian nama dari orang tuanya, begitu pula Kaesang.

Namun tulisan ini tak hendak membahas makna nama Kaesang, itu sudah menjadi urusan Bapaknya, yang memberi nama Kaesang itu. Saya sadar, setiap nama yang diberikan orang tua pada anaknya pasti mengandung makna yang baik. Begitu pula Kaesang, yang saya yakin pasti bermakna baik juga. Kalau tak percaya googling saja, pasti ketemu.

Kaesang di penghujung tahun 2015 kemarin berhasil mencuri perhatian publik gara-gara kicauannya di Twitter, yang mengomentari foto Bapaknya yang diunggah di akun Twitter resmi Jokowi, Bapak Presiden kita itu saat mengagumi keindahan Raja Ampat. Kalau belum tahu isi kicauannya, baiklah saya akan mengulangnya buat Anda yang belum tahu.

"Pak, bukan bermaksud untuk tidak sopan tapi kalo cari kecebong bukan disitu tempatnya".

Kicauan Kaesang mengundang perhatian banyak pengguna Twitter hingga menjadi trending topic. Hingga terakhir yang saya lihat, kicauan Kaesang itu sudah di retweet oleh sekitar 836 pengguna twitter. Istilah kecebong pun jadi mendunia. Sudah dipastikan, kalau saya yang buat kicauan itu bakal tak spektakuler seperti yang dibuat Kaesang. Namanya juga anak Presiden, suka atau tidak suka, pasti menjadi perhatian orang banyak atau banyak orang.

Baca kicauan Kaesang pertama kali, yang ada di benak saya cuma satu, betapa demokratisnya Jokowi mendidik anak-anaknya. Kalau tak demokratis manalah berani seorang Kaesang membuat kicauan semacam itu. Barangkali, anak-anak Soekarno juga akan berbuat hal yang sama jika Twitter sudah ada di zamannya Soekarno. Apakah anak-anak Soeharto akan berbuat hal yang sama? Untuk pertanyaan terakhir ini, saya pastikan jawabannya tidak. Bukan karena mereka begitu santun pada orang tuanya, tapi media sosial semacam Twitter bakal tak ada tempat di zaman Orde Baru dulu. Maklumlah, kebijakan penguasa masa itu tak membenarkan orang-orang untuk berkicau seenaknya. Bisa-bisa dikenakan pasal subversif dan dianggap mengganggu keamanan dan stabilitas nasional.

Beruntunglah Kaesang yang hidup di zaman reformasi ini. Apa yang ada dibenaknya bisa diekspresikan dengan bebas. Tak peduli apakah Bapaknya RI-1 atau bukan. Kaesang sudah mewakili kebebasan anak-anak yang terlahir di era yang penuh keterbukaan ini, anak-anak yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, dan kebebasan berpendapat. 

Saya tak bisa membayangkan kalau Kaesang hidup di zaman Orde Baru, kicauannya tak akan pernah terdengar keluar karena tertahan oleh tembok istana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun