Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saksi Hidup KRI Macan Tutul Bercerita Heroisme

21 Juli 2011   23:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:29 28065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311276058252039597

Tanggal 15  Januari Senin malam disertai hujan, tiga unit  Kapal Cepat Torpedo kelas Jaguar membelah malam, salah satunya adalah KRI Matjan Toetoel (Macan Tutul-EYD-red)  dengan nomor lambung 650 melintasi perairan Arafura. Sebagaimana diketahui,  KRI Macan Tutul yang di dalamnya berada Komodor Laut Yos Soedarso memimpin konvoi tersebut dan berada pada formasi kapal nomor dua. Kapal ini mendapat tembakan oleh mesin perang Belanda dan akhirnya tenggelam di laut Arafura yang memiliki kedalaman yang paling dalam mencapai 3,6 kilometer dasar lautnya.

Banyak kisah dan cerita menurut berbagai versi yang kita terima tentang peristiwa heroik tesebut. Ada yang menyebutkan adanya konspirasi di sana untuk 'menjatuhkan' Komodor Laut Yos Soedarso akibat berseteru diam-diam dengan Soedomo.

Ada yang mengatakan KRI Macan Tutul sengaja disabot sehingga tidak dapat memutar haluan pada saat kejadian seperti 2 kapal lainnya yang dapat berpindah haluan 180 derajat pada posisinya.

Ada juga yang mengatakan bahwa Kapal tersebut dihantam oleh pesawat udara Belanda dengan bom.

Padahal cerita sebenarnya  tidak seperti kisah tersebut. Mari kita dengarkan kisah dari sisa saksi sejarah, pelaku peristiwa tersebut yang ternyata telah lama mengasingkan dirinya dari publikasi dan perhatian umum pada kisah berikut ini.

Cerita seorang Juru Mesin di KRI Macan Tutul.

Namanya Soejono, usianya kini sekitar 65 tahun (pengakuannya). Entah sudah berganti nama apa tidak, yang jelas ia masuk wajib Militer di Surabaya tahun 1960. Dia diterima di Angkatan Laut. Setelah menjalani berbagai test dan penilaian dia diterima menjadi juru mesin dan ditempatkan di kapal RI Macan Tutul.

Setelah hampir setahun ia berada di sana, suatu hari ia melihat kapalnya sangat banyak diisi  dengan makanan dan amunisi untuk dibawa ke Irian Barat. Dari cerita ke cerita dengan sesama rekan ABK barulah diketahui tujuan mereka adalah ke Sorong untuk membebaskan Irian Barat dalam misi operasi Tiga Komando rakyat atau  Trikora.

Awalnya dia enggan bercerita. Sorot matanya menerawang tatkala didesak apa yang dialaminya selama ikut  dalam pembebasan Irian barat. Dia menghela nafasnya. Ia mengatakan bahwa selama ini ia menyimpan rapat-rapat rahasia itu pada siapapun termasuk tidak bercerita kepada anaknya sekalipun.

Tapi kini ia  merasa perlu berterus terang . Hal ini terjadi setelah didesak berulang kali dan  mendapat kepastian bahwa jasanya dalam misi tersebut pasti sangat dihargai oleh Pemerintah yang saat ini sedang menggiatkan program gelora Nasionalisme di seluruh tanah air.

Ia mengatakan tak perlu lagi dengan penghargaan apapun. Ia merasa harusnya telah ikut mati saja bersama Yos Sudarso. Ia merasa menyesal  selamat dari peristiwa tersebut setelah melihat kenyataan demi kenyataan dalam membangun negara saat ini . "Sungguh sangat mengecewakan karena dipenuhi oleh pelaku koprupsi dan penjahat yang melukai ibu pertiwi.." katanya lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun