Mohon tunggu...
M Nasir Ali
M Nasir Ali Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ayah empat anak, menulis kondisi sekitar untuk dijadikan ibrah bagi hakikat kehidupan. Salam hangat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Walah, Istri Minta Rapelan Seks …

27 Februari 2013   17:09 Diperbarui: 4 April 2017   17:05 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hubungan intim antara suami-istri sah, bukan saja dibolehkan kapan dan dimana pun, tetapi juga bernilai ibadah di sisi Allah. Suami tidak salah jika meminta pelayanan lebih dari sekali dalam sehari kepada istrinya. Begitu pun sebaliknya dengan istri. Dalam agama istri adalah ‘pakaian bagi suaminya dan suaminya juga pakaian bagi istrinya’. Asalkan dengan cara yang baik (ma'ruf).

Persoalan muncul ketika mereka saling berjauhan dalam waktu relatif lama. Seorang suami karena dan tanggungjawab sibuk mencari nafkah untuk menghidupi diri dan keluarganya, meski risikonya harus berjauhan dengan istri tercinta. Kondisi seperti itu menyebabkan suami terkadang meninggalkan istri di rumah dalam beberapa hari, ada yang sebulan, setahun. Bahkan, ada yang beberapa kali Lebaran tidak pulang-pulang, seperti Bang Thoyib alias mungkin sudah beristri lagi he..he..

Namun, bagi suami yang setia masih mampu menahan diri, meski rasa kangen pada istri dan anak di rumah membuncah, tetapi kondisi kadang mengharuskan mereka berjauhan dari keluarga. Apalagi, jika rasa kangen itu berbarengan dengan keinginan sahwat bathiniah, maka keinginan itu terasa sulit dibendung. Rumitnya, soal yang satu ini hingga saat ini belum ada jasa yang bisa memaketkan keinginan seks seperti mengirim uang atau barang. Ha..ha… Maka, jadilah ‘puasa panjang’ menikmati kontak fisik yang berdurasi surga dunia itu.

Kondisi itulah yang diceritakan Sohib bukan nama sebenarnya teman Facebooker saya yang curhat dua pekan lalu. Saya pun mafhum. Mencoba berempati, memosisikan diri pada sisi teman itu. Andai saya yang mengalami, bisa saja lebih njlimet urusannya. Memang, urusan ‘rudal Patriot’ yang cuma satu ini selalu repot kalau lama tidak ‘menghantam ladang minyak’.

Masih cerita teman itu. Katanya, dia bukan seperti Bang Thoyib yang tidak pulang-pulang, meski sudah berkali-kali Lebaran. Jadi rasa kangen tetap membuncahi hati. Nah, ketika momentum mudik kampung tiba, rasa kangen itu terlampiaskan. Bak oase di kegersangan padang pasir. Hari tersirami air dahaga rindu secukupnya. Pendek kata, kemarau setahun hilang karena hujan sehari.

Untuk sementara kelelahan perjalanan jauh sudah terobati. Tetapi, ada persoalan lain yang membuat suami itu mulai tidak nyaman. Apa ya? Istri terus meminta rapelan jatah yang selama ini tertunda. Permintaan yang sama sekali tidak terduga. Untuk satu dua kali dalam semalam masih bisa dilayani. Namun, ini lain saat sedang mandi saja masih minta rapelan. Wow...Ini bisa menjadi masalah. Temanku itu mengeluhkan pinggang seakan mau patah karena ‘mengarungi arena tarung dalam berbagai gaya dan versi’.


Namun, istrinya cerdas ternyata telah menyiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi pertarungan tiga ronde hingga empat ronde yang berakhir seri pada malam pertemuan itu. Ini lebih dahsyat dari malam pertama saat berbulan madu. Berbagai ramuan obat kuat disiapkannya. "Mungkin ini hanya terjadi pada hari pertama setelah lama tidak bersentuhan fisik, tetapi selanjutnya saya sarankan  agar rapelannya perlu ada jeda waktu." Itulah obrolan terakhir kami sebelum pamit di dunia maya.

Saya pernah membaca sebuah tulisan, bahwa berlebihan dalam melakukan hubungan badan (hypersex) ternyata dapat menimbulkan efek negatif. Menurut Muhammad al-Baz, penulis buku Arabic Kamasutra, berlebihan dalam melakukan hubungan seks dapat memadamkan hasrat seks alami manusia. Oleh karena itu, istri atau suami yang minta rapelan boleh-boleh saja asal jangan berlebihan.

Hal yang pasti, berpacu dalam engahan nafas yang menggebu-ngebu lebih nikmat setelah jarak membatasi. Anda juga punya pengalaman kan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun