Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tanggapan Sholat Tarawih Tercepat di Blitar

26 Juni 2015   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:42 15761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Penulis sebagai seorang Muslim serta para pembaca sekalian yang se-Iman dengan penulis, tentu akan merasa risih dengan cuatan informasi di MetroTV yang memberitakan tentang Sholat Tarawih 23 rakaat berjamaah 5.000 orang di Ponpes Mamba’ul Hikam, Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur hanya diperlukan waktu ±7 menit. Menurut penulis, hal itu adalah terlalu cepat dan bisa masuk dalam kategori sangat tergesa-gesa. Penulis dan mungkin semua ummat Muslim, sholat pada 4 rakaat saja setiap dalam 5 waktu sholat, memakan waktu ±5 menit. Seharusnya pada Sholat Tarawih 23 rakaat (Tarawih 20 rakaat ditambah Witir 3 rakaat) yang wajar menempuh waktu selama ±25 menit itupun sudah termasuk membaca ayat-ayat setelah surat Al Fatihah dalam surat Al Qur’an yang pendek-pendek.

Perlu diketahui, menurut penulis, bahwa Sholat lima waktu serta Sholat Tarawih serta Sholat-Sholat yang lainnya, adalah merupakan waktu/periode ritual ummat Islam untuk berkomunikasi, bersilaturahim rohani, mengadu tentang berbagai aneka persoalan dunia kepada Yang Maha Pencipta Allah SWT., agar manusia Muslim bisa mendapatkan inspirasi-ilham, agar dapat/bisa mensolusi atas segala ujian yang dihadapi dalam kehidupan. Kalau semua pembaca sepakat atas pendapat penulis ini, apakah Sholat hanya kita gunakan sebagai peluang waktu untuk melepas hutang sebuah kewajiban ritual ? Padahal Sholat itu juga, jika mengkaji dari gerakan Sholat adalah sebagai terapi psikologis, terapi relaksasi untuk mendukung keseimbangan kesehatan jiwa dan raga kita. Pantaskah kita tergesa-gesa dalam perilaku adab ber-Sholat ? Tentu tidak. Bacaan ayat-ayat dalam Sholat perlu dibaca dalam ketenangan, ucapan serta tartil yang baik dan indah agar bacaan ayat menjadi terapi rohani dan bisa menjadi sugesti kesehatan rohani kita. Begitu juga dengan gerakan Sholatnya harus mengikuti irama penyelesaian bacaan Sholat sehingga manfaat relaksasi bagi kesehatan juga didapatkan.

Kalau kita menghadap Presiden saja dalam bersilaturahim, tentu kita akan mengikuti tata krama dan sopan santun berbicara serta adab melangkah masuk ruangan Presiden. Mungkinkah kita masuk keruangan Presiden dengan gerakan dan berbicara secara tergesa-gesa ingin cepat selesai ? Pastilah kita akan diusir atau ditegur oleh para pengawal Presiden atau Sang Presiden sendiri akan mengusir kita. Hakikat Sholat serta Sholat berjamaah adalah ritual ummat Islam untuk mengadu, bersilaturahim rohani kepada yang mencipta Presiden dan mencipta kita semua dan mencipta segala isi jagad raya ini yaitu Allah SWT. pantaskah kita tergesa-gesa lalu berbicara dalam kecepatan ucapan kalimat yang sulit dimengerti lalu dalam gerakan Sholat yang berkesan tergesa-gesa tak beradab, lalu kita tidak mendapatkan manfaat rohani dan jasmani dari Sholat kita. Lalu dengan sikap kita yang tergesa-gesa itu didalam Sholat, apakah kita didalam sikap menghormati dan menjungjung tinggi memuliakan Allah SWT. seperti kita menghormati seorang Presiden tadi. Inilah keteledoran kita, ternyata kita selama ini bersikap didalam Sholat, lebih menghormati seorang Presiden atau Bupati, Gubernur daripada Allah SWT. yang mencipta kita semua dan kebutuhan hidup kita, kesehatan dan rezeki kita beserta isinya berikut rasanya. Dialah Allahu Akbar Yang Maha Besar.

Penulis termasuk orang dan kelompok yang tidak setuju dengan Tarawih Cepat seperti tergesa-gesa dan dalam pandangan penulis, adalah sebagai upaya yang mungkin tidak disadari mengarah untuk mendegradasi hubungan manusia kepada Yang Maha Esa Allah SWT. Sehingga manfaat Sholat untuk memposisikan diri kita selalu berada dijalan Allah tidak tercapai. Sholat itu juga bisa dijadikan sebagai terapi dan untuk dinikmati dalam kehidupan ini serta Sholat sudah merupakan kebutuhan hidup kita sebagai manusia berIman. Mungkin kelompok Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba’ul Hikam,Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur belum menjadikan Sholat sebagai kenikmatan dan terapi bagi kesehatan Rohani dan Jasmani ummat Islam. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan bagi semuanya untuk memperbaiki dan mengkorekasi hubungan terindah kita kepada Allah SWT. agar semua do’a kita dapat diterima serta diwujudkan untuk kita oleh Allah SWT. (Abah Pitung)

Upaya Pengkotakan Ummat Islam.

 

Tayangan Video-nya disini.

 Update Penulis (27/6/2015 12:27) :

Memperhatikan video yang di upload oleh Eko Ckaka di Youtube.com baru-baru ini, ternyata sholat Tarawih berjamaah di Ponpes Mamba’ul Hikam, Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada setiap rakaat memang membaca surat Al Fatihah secara sangat cepat tergesa-gesa sehingga bacaannya tidak bisa dimaknai, lalu tidak membaca bacaan rukuk, bacaan duduk diantara dua sujud, bacaan sujud dan juga tidak sempat membaca bacaan ketika I’tidal. Kesimpulan penulis dari pengamatan video, sholat Tarawih berjamaah di Ponpes Mamba’ul Hikam, Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur sesungguhnya adalah tidak syah, serta tidak sesuai dengan rukun sholat sebagaimana lazimnya rutin dilakukan oleh ummat Islam dunia. Dalam hal ini KH. Abdul Ghofur selaku pelopornya serta para Ustadz penerusnya di Ponpes itu, harus bertanggung jawab kepada Allah SWT., serta kepada ummat Islam Indonesia pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun