Oleh : Aamir Darwis
Lebaran telah usai,Prokul harus berangkat lagi ke perantaun.Mencari rezeki lagi sebagai kuli alias karyawan pabrik.Namun kali ini,ia membawa Faiz ikut merantau.Faiz adalah lulusan baru yang sepertinya tergiur akan keindahan rezeki di ibu kota.
Padahal tidak seperti itu,Mencari rezeki di ibu kota tidaklah mudah seperti yang dibayangkan.Hidup enak,Duit banyak dan bisa main kapan saja.Ini adalah anggapan semu belaka.
Sebelum berangkat esok hari,Prokul berbincang-bincang dengan Faiz tentang masalah hidup di perantauan yang katanya enak itu.
"Iz,saya mau katakan bahwa semasa kita sekolah STM dulu membayangkan bahwa hidup di perantauan itu enak ya.Duit banyak,bisa beli motor bagus dan bebas liburan kapan saja.Ini anggapan yang sangat keliru.Hidup di perantauan itu sama saja dengan bertarung melawan waktu.Kerja,kerja dan kerja.Sangat sedikit waktu yang digunakan untuk sekedar liburan.Jadi anggapan bahwa kerja itu enak hanyalah kesalahan.Kerja itu capek.Kerja itu perjuangan.Dan sebagai mantan anak sekolah dulu aku juga berfikiran seperti itu.Karena fokus kita ke uangnya bukan ke beban pekerjaannya." Kata Prokul
Faiz tetap saja ngeyel,
"Tapi tetap saja bahwa dengan merantau setidaknya kita mengurangi beban orangtua.Malahan sedikit banyak bisa membantu orangtua.Memperbaiki rumah,membayar biaya sekolah adik atau Membeli motor buat orangtua." Ucap Faiz
Prokul tidak membalas dengan respon yang seolah meremehkan,dia malah memberi sedikit petuah buat Faiz.
"Baik kalau begitu.Niatmu sudah mantap dan aku pun akan berusaha sebisaku menolongmu.Aku akan memberi tahu pengalaman-pengalaman pahit di rantau.Bukan untuk menakutimu tetapi supaya kau tahu.Ini lumayan penting."
"Pertama.Di tanah rantau kamu harus percaya pada orang yang benar-benar kau kenal.Jangan mempercayai orang yang baru dikenal atau pura-pura kenal.Pura-pura mengaku sedaerah dengan kita ataupun pura-pura akrab dengan kita.Ini modus 'sok kenal sok dekat'.Sudah banyak perantau yang kena tipu.Temanku juga ada.Ceritanya gini,temanku didatangi orang yang mengaku sedaerah dengan kita,bahasa omongannya pun persis dengan kita kemudian minta tolong bahwa ia mencari kos-kosan.Saat itu kebetulan ada kos-kosan sebelah yang kosong maka karena menyangka benar-benar sedaerah diberitahukanlah lokasi kos-kosan.
Singkat cerita orang itu sok akrab mengajak main ke alun-alun.Pesan kopi dan rokokan.Tapi dengan alasan bahwa duitnya ketinggalan maka dia meminjam motor untuk mengambil duit di ATM.Anehnya teman saya malahan percaya saja dan nunggu orangnya di alun-alun.Motornya dibawa kabur.Ini modus sok akrab sok dekat.Hati-hati di perantauan,jangan mempercayai orang yang baru dikenal ataupun dikenal juga harus waspada.Karena ada juga teman saya yang di ambil motornya beberapa bulan.Tidak disangka dan tidak diduga,maka kita harus selalu waspada dan jangan sampai memberi sedikitpun kesempatan buat orang yang sok kenal sok dekat.Itu hanya contoh.Masih banyak kejadian dengan menggunakan modus sok kenal sok dekat."