Mohon tunggu...
Paridul Azwar Hasibuan
Paridul Azwar Hasibuan Mohon Tunggu... profesional -

Pendidik.Senang bersahabat dan diskusi apa saja terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan.Tinggal di Rantauprapat, Sumatera Utara. e-mail : paridzhs_66@yahoo.co.id. Blog : http://smkikhwan@blogspot.com atau http://esemkathebest@blogspot.com. MOTTO : Thousand friends are less but one enemy is most

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Barang Anda Hilang dan Ingin Kembali? Inilah Rahasianya

21 November 2011   09:01 Diperbarui: 4 April 2017   17:21 79459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia



Mengalami kehilangan barang berharga yang kita cintai tentu merupakan pengalaman yang tidak mengenakkan. Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari peristiwa seperti ini nyaris tidak bisa dielakkan. Suka atau tidak setiap orang pasti pernah mengalaminya. Mulai dari uang, dompet, STNK, SIM, HP sampai kepada perhiasan berharga seperti kalung,cincin, gelang, emasdan sebagainya adalah beberapa diantara benda yang kerapkali membuat kita kesal dan dongkol tatkala kehilangannya.

Seperti pengalaman yang baru saya alami dan ingin saya ceritakan kepada teman-teman kompasianer berikut ini. HP yang baru saya belikan untuk istri tiba-tiba raib tak tentu rimbanya. Bagi saya, bukan soalHPmahal atau murah yang membuat sayakesal,melainkan keteledoran istri dalam menjaga apa yang sudah susah payah saya usahakan. Itu yang lebih mendominasi pemikiran saya tatkala istri melaporkan kehilangan tersebut satu hari setelah kejadian.

Awalnya saya memangingin marah. Tapi setelah dipikir-pikir percuma saja. Toh barangnya sendiri sudah hilang. Akhirnya saya cuma bisa diam sambil berusaha melupakannya sekaligus berdo’a semoga ada hikmah dibalik peristiwa tidak mengenakkan itu.

Berselang seminggu setelah kejadian keponakan istri berkunjung ke rumah.Namanya Noni.Karena kedekatannya dengan istri Noni jadi terbiasa dengan kondisi rumah kami.Dia sudahmenganggap rumah itu bagaikan rumah sendiri. Seperti waktu itu, entah mengapa hati Noni tergerak untuk masuk ke kamar pembantu kami. Padahal selama ini diatidak pernah melakukannya. Eh, tak diduga ternyata di sana Noni melihat HP istri tersimpan dilemari si pembantu. Singkat cerita, Noni segera melapor kepada istri dan dengan terbata-bata si pembantu akhirnya minta ma’af atas kekhilafan yang dilakukannya.

Dari peristiwa yang saya alami tersebut, saya jadi sadar ternyata kehilangan barang yang kita sayangi jika disikapi dengan arif dan benar akan menghasilkan ending yang membahagiakan. Sikap arif dan benar yang saya maksudkan antara lain :

1.Diam dan menahan lisan

Ini yang pertama sekali harus kita lakukan. Mencegah mulut sebisa mungkin dari mengumpat dan mencaci-maki. Biarkan akal sehat kita bekerja. Kalau terasa berat lebih baik sesegera mungkin melakukan aktifitas lain seperti : silaturahmi ke rumah teman atau berolah-raga. Ini akan sangat membantu mengurangi beban fikiran kita yang lagi kusut.

2.Menunjukkan sympati dan empaty

Ini juga bukan perkara yang mudah untuk dipraktekkan. Bisa memberi maaf pada diri sendiri atau orang lain yang sudah menghilangkan barangtersebut. Tapi setidaknya darikemampuan kitamenekan rasa marah dan menukarnya denganpengertian akan berdamfak pada ketenangan jiwasekaligusmengurangi rasa bersalah orang yangterlanjur mengecewakan kita. Prinsipnya tidak ada seorangpun yang ingin kehilangan barang milik mereka. Jadi untuk apa mengumpat dan menggerutu karena barang yang hilang tidak akan kembali meskipun suara kita sampai habis dan serak. Lebih baik berkonsentrasi mencari solusi cerdas yang mungkin bisa dilakukan agar barang tersebut bisa kembali ke pangkuan kita.

3.Berfikir positif dan realistis

Banyak orang tatkala kehilangan sesuatu yang berharga cenderung kehilangan nalar sehat. Pergi ke dukun atau mencari orang pintar yang dianggap mampu mengatasi persoalannya.Padahal dukun atau orang pintar itu juga manusia biasa yangdalam hidupnyapasti pernah mengalami kejadian serupa. Jadi sangat tidak rasional mencari bantuan dengan cara nyeleneh seperti itu. Alih-alih mendapatkan kembali barang yang hilang, bisa-bisa kantong kita malah “ bolong “ karena harus membayar biaya ini dan itu sebagai syarat upaya pengembalian barang tersebut.

4.Meyakini selalu ada hikmah dibalik musibah

Sudah merupakan ketetapan Ilahi bahwa peristiwa apapun yang menimpamanusia,buruk ataupun baik,pasti akan melahirkan peristiwa berikutnya yang terkadang di luar perhitungan kita. Dari itu bagi mereka percaya pada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, menyandarkan diri dan menyerahkan sepenuhnya urusan tersebut kepada-Nya akan melapangkan perasaan kita dari himpitan rasa kesal dan bersalah. Selalunya jika tingkat kepasrahan yang kita lakukan mencapai tingkat maksimal akan ada jalan keluar yang betul-betul tidak disangka-sangka. Dan saya sudah merasakannya dari pengalaman yang saya tulis di atas.

Namun untuk anda yang pernah mengalami peristiwa serupa tetapi endingnya tidak sama bahkan mungkin lebih apes, saya ingin tambahkan satu point lagi, yaitu : Renungkanlah apakah anda termasuk orang yang gemar berbagi dengan orang lain atau tidak. Sebab orang yang gemar berbagi atau lazim disebut bersedekah biasanya akan lebih siap kehilangan dibanding orang kedekut. Mengapa ? Karena secara substansial perbuatan sedekah sama saja dengan kehilangan sebagian dari barang kita.Cuma bedanya sedekah dilakukan dengan sukarela sedang kehilangan tidak. Alhasil, jika kita bisa menganggap kehilangan barang sama denganbersedekah kepada orang yang tidak mampu, tidak bisa tidakhati akan menjadi tenang, pikiran menjadi jernih dan dada menjadi lapang.Dan selalunya pada titik inilah pertolongan Tuhan akan datang.

Akan tetapi di atas semuanyaharus saya katakan mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Maknanya, memelihara dan menjaga barang yang kita miliki tentu jauh lebih baik dibanding harus kehilangan mereka. Demikian saja. Semoga bermanfaat. Salam kompasiana.(**)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun