Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Marilah Kita Memberi Kasih di Masa Adventus

5 Desember 2016   23:03 Diperbarui: 18 Desember 2016   01:28 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ini saya posting dari kunjungan salah satu kelompok ke Panti Asuhan ALMA Tulamalae-Atambua (Foto:citizen6.liputan6.com)

Hari ini (5/12/2016), saya melakukan kegiatan yang bagi saya merupakan kegiatan nyata dalam membagi dan berbela rasa. Sayang sekali bahwa kunjungan singkat saya itu tidak terrekam dalam foto karena saya tidak membawa tustel. Namun kunjungan itu masih membekas dalam hati dan ingatan saya. Sebagai orang beragama katolik, saya yakin bahwa masa adventus ialah masa persiapan untuk menerima kadatangan Sang Almasih, Sang Penebus dosa umat manusia. Sekitar jam 14.50, motor yang saya tumpangi memasuki area halaman panti asuhan Bakhti Luhur Tulamalae-Atambua yang dikelola oleh para suster ALMA. Setelah menunggu beberapa menit, seorang suster ALMA keluar menemui saya.

Saya langsung berjabatan tangan dan memperkenalkan diri. Sebuah amplope putih berisi sedikit dana pribadi saya sisihkan untuk sumbangan ke panti asuhan orang-orang cacat mental di Tulamalae-Atambua, saya berikan kepada sang suster. Beliau menyambut ramah dan mempersilahkan saya masuk. Tiba di dalam beberapa penghuni panti asuhan datang menyambut saya. “Hanya ada sekitar 3 orang penghuni yang belum istirahat siang. Semua penghuni panti asuhan sudah tertidur lelap. Sayang sekali, Bapa tidak sempat bertemu dengan mereka”, kata suster ALMA. Saya hanya sempat berbicara dengan 2 orang penghuni panti yang tampaknya menderita penyakit jiwa, namun masih bisa sedikit mengerti dan berbicara hal yang saya tidak mengerti, maklum mereka cacat jiwa.

Biara para suster ALMA terletak di jalan Kihajar Dewantara, Tulamalae-Atambua atau di belakang gedung SMA Surya Atambua, letaknya agak ke tengah. Biara para suster ALMA sekaligus merupakan panti asuhan bagi anak-anak yang menderita cacat jiwa. “Mereka berumur dari 5 tahun hingga 30 tahun’, kata suster ALMA kepada saya. Tiba-tiba seorang anak berumur balita masuk ke dalam kamar tempat saya dengan 2 suster ALMA sedang berbicara. Badannya kecil namun lincah berlari. “Anak itu menderita cacat jiwa, dia perlu minum susu”, kata suster ALMA. Hanya sekitar setengah jam saya berbicara dengan kedua suster ALMA itu yang tampaknya akan bertukar kegiatan.

Compasio-Yesus Kristus Hadir Dalam Diri Para Penderita

Bagi saya kunjungan dan memberi bantuan ke panti asuhan merupakan perwujudan dari berbela rasa, ikut menderita dan membagi kasih kepada sesama yang sedang membutuhkan bantuan. Meskipun nilai sumbangan saya tidak seberapa, namun saya memberi dengan iman dan hati bersih. Membagi kasih dengan mereka yang sedang menderita adalah panggilan jiwa saya selaku sesama manusia. Sama seperti Yesus datang ke dunia untuk berbela rasa, ikut menderita dan membagi kasih dengan manusia, seharusnya kita juga demikian. Kita harus membagi kasih dengan sesama kita yang sedang menderita agar hidup kita diberkati Tuhan.

Leonardo Boff, seorang teolog Brasil yang amat terkenal, seperti dikutip Georg Kirchberger mengatakan bahwa refleksi tentang Yesus Kristus pembebas tidak boleh bertolak dari analisa abstrak tentang kodrat Allah dan kondrat manusia atas Yesus, namun kita harus bertolak dari Yesus Kristus yang konkret dengan melakukan analisa sosial. Yesus Kristus yang konkret telah hadir dalam diri para sesama yang menderita dan membutuhkan bantuan. Yesus Kristus yang konkret ada dalam panti-panti asuhan dan dalam penjara-penjara yang membutuhkan dampingan dan hiburan. Yesus Kristus ialah manusia yang terbuka. IA manusia bagi manusia yang lain, bagi dunia dan bagi Allah. Teolog Leonardo Boff memilih metode dialektika karena ia mendukung kaum lemah dalam usaha merubah kondisi aktual yang mereka alami.

Terus Berbagi Kasih

Komitment pribadiku ialah terus berbagi kasih dengan mereka yang menderita dengan apa yang bisa saya berikan. Mungkin bantuan saya amatlah kecil, namun semoga bisa sedikit membantu meringankan para penderita sakit yang kini terisolir di panti-panti asuhan. Komitment ini akan terus saya lakukan sejauh kemampuan saya kapan dan di manapun saya berada. Sejak saya kuliah, saya sudah beberapa kali mendonorkan darah saya untuk orang-orang sakit di rumah sakit Lela-Maumere-Flores. Demikianpun di rumah sakit umum Atambua-Belu, saat setelah saya menjadi guru.

Berbagi kasih, apa pun bentuknya membuat manusia secara iman bertemu dengan Yesus Kristus yang konkret, yakni DIA yang terbuka bagi semua manusia, termasuk yang sedang menderita. Marilah kita melakukan tindakan nyata dengan hati penuh iman kepada sama saudara kita yang tidak beruntung nasibnya di sekitar kita, utamanya dalam penjara dan dalam panti-panti asuhan. Saya yakin, di dalam diri orang-orang menderita itulah kita menemukan Yesus Kristus yang konkrit, yakni DIA yang hadir dalam diri kaum yang menderita.

Artikel ini dapat juga dibaca di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun