Mohon tunggu...
Lasmiyati
Lasmiyati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Apa dengan Kebenaran

3 Mei 2017   11:53 Diperbarui: 3 Mei 2017   12:18 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebenaran adalah sesuatu yang mutlak. Sesuatu yang diakui sebagai sebuah hukum , tatanan, atau nilai. Kebenaran tentunya harus dijunjung dan di jadikan pedoman dalam melakukan apapun.

Tapi mengapa banyak yang berusaha untuk mencari titik lemah dari kebenaran itu? Apakah untuk menentukan kebenaran memang harus ada perselisihan yang justru sering ingin menjatuhkan kebenaran itu sendiri. Apalagi bila kebenaran itu milik mereka yang berbeda persepsi, sudut pandang, dan kepentingan. Kebenaran pun sering diperdebatkan. Semua ingin mencari pembenaran sendiri.

Bila kebenaran sudah sampai pada ranah perdebatan, yang terjadi adalah orang akan berusaha untuk mencari titik lemah lawan. Hal ini seharusnya hanya boleh terjadi pada sportifitas olahraga. Tapi kini mencari titik lemah lawan sudah berpindah ke meja hijau, ruang sidang paripurna, musyawarah, dan diskusi terbuka. Kebenaran bukan lagi dianggap sebuah hal yang patut dicari atau dipertahankan. Kebenaran yang sering muncul justru bukan sesuatu yang benar. Kebenaran menjadi memiliki beberapa versi: kebenaran versi kekuasaan, versi golongan, versi kebutuhan, dan versi kepentingan. Kebenaran hakiki yang menggunakan hati nurani sebagai versinya sudah mulai ditinggalkan. Karena memang sudah hampir tak punya tempat lagi di hati.

Terlepas dari kebenaran tentang akidah seseorang yang berhubungan dengan keyakinannya dan harus dipegang teguh. Pada hakekatnya, semakin keras usaha menunjukkan dan memaksakan kebenaran, semakin nyata kebenaran itu diragukan. Dan semakin cepat memvonis suatu kesalahan, semakin jelaslah ketidakmampuan dalam memahami kesalahan. Bila seseorang mudah memvonis sebuah kesalahan, bisa jadi karena orang tersebut tidak/belum bisa menelaah sebuah masalah. Sehingga timbul polemik. Kita sering dibuat binggung saat melihat realita sebuah masalah. Benar atau salah. Saat kita tanyakan pada beberapa orang, jawabannya bermacam-macam. Setiap sudut pandang memiliki jawaban masing-masing. Lihat saja, kasus Antasari Azhar, Miranda Gultom, Andi Malarangeng, Dahlan Iskan, Ahok, dan yang baru lagi, tapi dari masalah lama yaitu Saham Bir. Dan banyak lagi kasus yang membuat kita menjadi malas melihat acara debat di TV, kebanyakan hanya memanas di panggung debat, ketika tiba penentuan vonis, langsung kalah KO bahkan WO. Ada apa dengan kebenaran, di mana sembunyi? Begitu kecilkah nyalinya menghadapi kesewenangan, kemunafikan, dan kekuasaan. Atau dia cuma berani menyembunyikan keyakinan “becik ketitikala ketara”. Baru berani bicara lantang bila kebenaran sudah betul-betul nyata. Kita harus menyadari, sudah menjadi sabda alam bahwa, segala sesuatu diciptakan berpasangan. Setiap ada kebenaran, di situ ada kesalahan. Karenanya manusia harus arif menggunakan akal dan nuraninya.

Allah menguji kita, dengan kebenaran yang diberikan pada kita, akan kah kita menjadi bangga dan egois karenanya. Dan Allah juga memberi cobaan berupa kesalahan, akan kah kita menyadarinya atau mempertahankan ego kita. Semua kebenaran dan kesalahan yang kita miliki semua atas izin dan kehendak-Nya.

Kita harus yakin, bahwa kebenaran yang hakiki hanya milik Allah. Oleh karena itu, bila ada keraguan tentang kebenaran, serahkan semua pada Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Berkehendak. Dan bila melakukan/ mengetahui kesalahan, segera istighfar dan minta petunjuk-Nya.

Janganlah kita memaksakan kebenaran pada orang lain, karena itu hanya akan menempatkan kita pada posisi tak nyaman. Hindarilah kebiasaan menyalahkan orang lain, karena itu hanya akan meletakkan kita pada posisi manusia tak berhati. Semoga kita menjadi manusia yang dapat menempatkan kebenaran sesuai dengan suara nurani. Dan dapat menyadari setiap kesalahan sebagai jalan menjadi manusia yang lebih baik serta selalu hidup dalam ridho-Nya.... Amiiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun